Sunday, December 11, 2011

Past

Hari ini aku sadar bahwa masa lalu, tak peduli selalu apapun, masih dapat mengejar masa kini.
Masa lalu yang entah benar terjadi, hasil rekaan semata, atau sekedar miskomunikasi.

My past was chasing me, and now it got me.

Thursday, December 8, 2011

Masih Kuat

Lapor, para pembaca sekalian.
Gue sekarang sedang berada di ruang Prof. Hendro, kepala bagian Bedah Vaskuler, menggunakan fasilitas komputer dan internetnya sementara beliau di OK. Sebuah tindakan yang mengancam keselamatan jiwa raga.

Karena bingung mau ngapain, gue ngeberesin draft-draft gue di blogger dan nemu ini.
Likely gue tulis pas jaman mau SOOCA kayaknya.
Dari kontennya nampak sekali bahwa gue nearly suicidal, but thank God i didn't proceed.
Bottomline, emang idup gue di koas (khususnya sembilan minggu di bagian bedah ini) berat.
Berat banget.
But hey, this draft proves that i've been in a situation which seems worse and more depressing, and i managed to survive. :)

"Akhir-akhir ini idup gue suram.
Dunia serasa sempit.
Ga heran, soalnya dunia buat gue akhir-akhir ini cuma berkisar tempat tidur dan meja belajar.
Kadang bosen bikin gue pindah belajar ke tempat tidur...yang akhirnya bisa ditebak, ketiduran juga.
Lain waktu gue belajar sampe ketiduran, di meja belajar.
Malah akhir-akhir ini kepala jadi lebih akrab tidur di atas Braunswald daripada bantal.
Berharap selama tidur, huruf-huruf itu berdifusi ke otak gue.

Muak juga.
Sekarang daripada ke kosan, gue lebih apal jalan ke Copa.
Rembesan stabilo mulai meramaikan seprai.
Sering panik karena si a punya fotokopian anu dan gue engga. Padahal mungkin punya, nyelip entah dimana.
Kebaca ngga kebaca yang penting punya mendadak jadi prinsip publik.
Mungkin bumi bakal mencak-mencak kalo tau berapa batang pohon yang abis buat fotokopian yang ga kebaca itu.


Mama bilang ini soal amanah. Aku bilang ini soal tubuh dan pikiran yang lelah.
Mama bilang jangan menyerah. Aku bilang mungkin tekadku mulai lemah.
Mama bilang tentang ilmu yang dititipin Allah sama aku. Aku, mau tak mau, juga setuju.

Masih KUAT.
Sekeras apapun aku belajar hari ini, selarut apapun aku tidur malam ini, aku tak mau bangun dengan penyesalan esok pagi."


Yep, you're right, younger me.
Masih KUAT. Semoga semangat itu tetap terjaga dalam diri.

Bermimpi Besar

Semustahil apapun kelihatannya, jangan takut bermimpi besar!
Tetap teguh pada mimpi itu, berusaha sekuatnya, dan berdoa pada-Nya.
Ia-lah Sang Pemegang Kunci Takdir. :)

Saturday, November 26, 2011

Mungkin saya...kesepian.

Friday, October 21, 2011

Bicara

Kami tak bicara pada mulanya

Hanya sekilas pandangan mata

Sekelebat sosok yang menaiki tangga kantin

Sekedar satu dari ratusan lain.


'Lo lucu ya..' mengawali segala

Menghias dunia

Mengawali cerita

Kami, mulai bicara.


Bicara melalui missed call

Melalui pesan-pesan pendek.



Kami bicara lewat kata

Kami bicara lewat diskusi dan adu argumentasi

Kami bicara tentang Ulil dan JIL-nya

Kami bicara tentang proporsi logika dan emosi.




Kami bicara lewat air mata

Kami bicara lewat ego dan harga diri

Kami bicara lewat amarah

Kami bicara lewat nada yang meninggi

dan tak lagi nyaman didengar

Kami bicara lewat keluh dan tangisan

yang kemudian mulai memuakan

Kami bicara lewat bentakan

Kami bicara lewat guratan wajah yang mengeras

lewat tatapan mata yang seakan tak mengerti

kenapa ia yang dikasihi bisa berubah tak berhati.


Kami bicara lewat bunga-bunga

Kami bicara melewati jalan ke Cherish atau bebek Pangdam

Kami bicara di tengah hiruk pikuk kantin kampus

kadang diiringi gelak nakal kolega yang menggoda

Kami bicara di perayaan sebulan, tiga bulan, sesemester, dan seterusnya

Kami bicara lewat ketukanku di pintumu

dan riak bahagia di wajahmu saat tahu itu aku

Kami bicara dengan kepalamu di bahuku.



Kami bicara lewat gelak tawa

Kami bicara lewat canda

bercanda tentang hampir apa saja

mungkin cuma aku, tapi kuyakin juga kamu

Kami bicara lewat warna-warni kontemplasi keriangan.




Kami bicara lewat genggaman tangan

Kami bicara lewat genggam erat tangannya saat menyebrang jalan

Kami bicara lewat jari-jari yang bertautan.



Kami bicara lewat kekosongan di dada.


Begitu saja terhenti

Begitu cepat dan hampir tanpa nyeri

Kami bicara lewat pesan-pesan terakhir

Kami bicara dengan saling mengingatkan.


'kamu boleh diet tapi minimal makan sekali sehari atuh'

'kamu kalo makan harus abis, jangan disisain terus'


'kamu jangan keseringan begadang'

'kamu jangan suka tidur kecepetan, kaya anak sd aja'


'kamu' 'kamu' 'kamu' dan bukan lagi 'kami'

Ya

Kami kini sudah tiada lagi.



Tapi satu yang kukagumi

Setelah semua ini

Kami, tak berhenti bicara.

Sunday, October 16, 2011

PLUS

Malam minggu ini aku jaga
Kukayuh Si Kuning seperti biasa
Kring-kring, begitu salaknya saat ada orang gila
Risih mungkin ia melihat yang tak bercelana.

Sudah jam tujuh kurang dua puluh empat
Tak ingin terlambat kukayuh sepedaku lebih cepat
Sampai juga dengan ditemani keringat
Ia yang menjaga siang hanya lewat
Menyapa pun tidak, kesal sesaat.

Tapi itupun cepat berganti tawa
Tersebutlah Nadia temanku dari Malaysia
Ia bawa sushi sekotak untuk disantap bersama
Kami pun berfoto, mengunyah dengan hihi-haha

Kriiiing! Bukan Si Kuning tapi televon yang berdering
Nyaring tapi tidak terdengar penting
Permintaan pemasangan NGT di Melati dekat Kemuning
Bukan hal genting apalagi life-saving.

Santai kami teruskan menonton Liverpool-MU
Residen masuk menanyakan siapa yang mau
Ayo yang mau bantu NGT ikut aku
Karena bosan semua ikut tanpa malu-malu.

Delapan kami berbondong.
Kami ajak canda juga saling dorong
Seperti anak kecil saja pikir Lorong
Biasanya gurau malam hanya jatah Si Pocong.

Sampai dengan salam lepas
Pada Haris koas bedah yang bertugas
Pasang NGT jawabku lugas
Memasuki kamar enam yang pengap dan agak panas
Aku, mendadak lemas.

Sudah refleks hal pertama yg kulihat adalah dada
Bukan mesum atau zina mata
Sebatas memastikan ada pergerakan disana
Hey-hey kenapa statis dan tak berima?

Rombongan alat resusitasi mengantri
Mengambil nomor tunggu untuk aplikasi
Merasa tak berguna mereka berteriak dalam sunyi
Ia sudah tak disini! Pulangkan kami!

Delapan kami keluar dalam diam yang canggung
Hanya berbincang dari punggung ke punggung
Pun hanya satu topik yang diusung
Ia kami yang bunuh atau hanya tidak beruntung?

Residen tenang bersabda
NHML memang sulit diajak dialog terbuka
Sering seenaknya mengambil nyawa
Ia sudah tak disana bahkan saat sushi Nadia belum dibuka.

Semeyakinkan apapun residen bukan Sang Maha Kuasa
Toh tetap malam ini kami punya satu agenda
Mengganggu tidur dengan benak bertanya
Apa yang akan terjadi seandainya..
Ya. Seandainya..

Malam ini delapan kami termenung
Ditemani beribu andai yang tak berujung.

Friday, October 14, 2011

I'm SMART. (And So Are You)

Mungkin judul post ini bikin kalian agak pengen ngelempar Harrisson* ke muka sayah, tapi gimanapun juga itulah yang gue rasain semenjak masa koas. *ngelak dari Harrisson*

For the sake of background information, let me tell you about my academical record:
Jaman SD.
I WAS THE MAN. Yah, figuratively speaking sih, because technically i was a boy back then. Langganan ranking 3 besar di kelas dan di sekolah, sering banget disuruh ikut lomba dan cerdas cermat, mengharumkan nama sekolah banget lah.
Sejarah 6 taun itu berakhir manis dengan gue jadi ranking 1 se-sekolah dan jadi murid dengan NEM terbaik. Pulang dengan memboyong 2 piala yang gedenya ampir nyaingin badan gue. (Bohong sih, wong gue SD segede gaban) (Gaban itu apa ya btw?) (Yah well, carry on)

Jaman SMP.
Mulai ngerti kesenangan duniawi. (Apa hayoo) And hence culminate to degradation of my academical achievement. Masih 10 besar sih, tapi udah jarang masuk 5 apalagi 3 besar.

Jaman SMA.
Semakin dirasuki dan dibuai wanginya surga dunia. *halah* Apalagi makin banyak kegiatan ekstra-kulikuler dan maen sama temen, makin nyusruk lah aspek akademik gue. Tapi ga sampe parah-parah banget sih, yah paling ulangan fisika gue dapet 0 pernah lah. (But no matter how unbelievable this may seems, ini lumrah loh) Kurvanya mulai menanjak dan mencapai titik kulminasi tertingginya saat gue mau SPMB. Dengan motivasi pribadi yang menggebu untuk masuk FK Unpad, bantuan si D 1673 FK (yang dengan seenaknya gue terjemahkan sebagai 1 6ot 7o 3nter FK), dan heavily sleep deprived life cycle, gue bener-bener jadi anak rajun dan pintar dan membantu nenek menyebrang jalan.

Jaman kuliah S-1.
Sibuk di angkatan. Sibuk CIMSA. Sibuk basket. Sibuk Senat. Sibuk mengejar kepulan asap Damri terakhir biar bisa pulang hari itu. Sibuk pacaran. Sibuk wisata kuliner Jatinangor. Sibuk nongkrong di Sarmon. Sibuk maen. Sibuk membuka diri seluas mungkin pada berbagai kesempatan yang hidup tawarkan. But unfortunately, academic is not one of them. Gagal lulus dengan status "Dengan Pujian" sebenernya cukup bikin kecewa sih, since nyokap adalah orang yang sangat pintar (S-1 dan S-2 nya lulus dengan IPK 4) dan berharap anak-anaknya sepintar beliau. Meski beliau santai sih, dijadiin bahan becandaan aja..haha.

Jaman Koas.
Bagian pertama Mata: Nilai A. Jadi lulusan terbaik bareng Ruli. Dapet tawaran beasiswa.
Bagian kedua Rehab Medik: Nilai B++ (karena ketauan tidur pas perseptoran -_-").
Bagian ketiga Gigi Mulut: Nilai A. Jadi lulusan terbaik bareng Irawan dan Nita.
Bagian keempat Kedokteran Nuklir: Ga dikasitau nilainya sih, tapi ad bonam. **
Bagian kelima THT: Menanti ujian minggu depan. Semoga bagus hasilnya, amiin.

Fakta diatas bikin gue mikir, SEMUA ORANG ITU PINTAR ASAL MAU USAHA.
Karena apa yang membedakan antara gue saat koas dan kuliah adalah; PASSION.
Semasa kuliah gue menaruh passion gue untuk hal-hal lain yang sampe saat ini gue masih berdoa semoga hal-hal itu bermanfaat, sedangkan saat koas ada sesuatu yang merebut kembali passion itu ke aspek akademik. Hal apakah itu? Nantikan di post selanjutnya. :p

Jadi intinya, buat kamu-kamu yang ngerasa ga pinter ato emang ga dikaruniai bakat buat pinter, that's a complete bullshyt. I'm the living proof of my own previous sentence. Jangan jadiin itu sebagai alibi dari kejahatan lo sebenarnya; kemalasan buat berusaha.
Percayalah, potensi yang disia-siakan adalah dosa, teman. :)


*Harrisson itu buku kedokteran yang tebelnya se...yah pokoknya tebel deh.
** Serius paragraf ini bukan buat sombong, lagian mau sombong ke siapa? Wong yang baca post ini orangnya lo-lagi-lo-lagi..haha

My Oh So Scientific Post

Hello!
Wow my last post here was from three months ago. *geleng-geleng*
Consistency is always a big issue for me.. *geleng-geleng lagi* *sampe muter* *serem*

Sebenernya bukan tanpa alsan juga sih.
Its been a while since i'm intending to write not just some intuitive stuff, but also a scientific and evidence-based writings. Menulis emang penting, tapi apa yang kita tulis juga ga kalah penting.

Nah tapi masalahnya, entah karena blom biasa ato emang harus diakui bahwa otak kiri gue mengalami deteriorasi, doing scientific writings always got me sleepy. And i usually ended up ngaskus at the end of few first sentences. -_-"
Jadilah cikal bakal scientific post itu numpuk di draft, tapi udah ada niatan buat nyelesein koq! Cuman lupa aja naro itu niatan dimana ya.. *bongkar meja* *angkat-angkat bantal*

Nah, meanwhile, let me entertain my 4 million followers by my usual intuitive post. :)
Enjoy!

Monday, July 11, 2011

Sorry, Sis. :D

Still about my family. Get use to it, because these days i mostly spending my time with them.
Which im very grateful of. :)
Itung-itung bayar utang tiga taun kemaren ketemu cuman seminggu sekali.

So, last week my sister, Ka Eta, had only three days of college schedule. So she went home on Wednesday, stayed until Sunday afternoon, as usual. By the time i took her to Cipaganti Travel which would take her back to Jakarta. Its a two weeks cycle.

Sebenernya udah BBM-an beberapa hari sebelomnya kalo gue bakal bisa maen ama dia Hari Kamis, tapi gue lupa kalo Kamis itu gue ada tugas jadi koordinator photoshoot buku kenangan. Jadilah dia berkelana dengan SI Ibgen (Ibu Gendut, the way we call our mom), tentu dengan sedikit merengut ama gue, hehe. Kenapa ga pergi ama cowonya? Well, its a tough question. Kalo dijawab bakal bisa berujung pencolokan mata.

Jumat gue remedial, dan dia ama Papah-Mamah pergi nganter kulkas dan TV buat Ka Ela di rumah kontrakan barunya. Funny thing happened here, you know my Dad is a surprise-freak. He LIKES to give surprises. So he bought a refrigerator for my sister, brought it along to Bogor, just to found out that Ka Ela, intending to give a surprise as well, had bought one. Jadilah si kulkas berkelana bolak-balik Bandung-Bogor.
Moral of the story: komunikasi itu vital, Bung.

Sabtu gue basket di Sabuga ama temen-temen SMA. Pulang jam 2 dengan estimasi bisa pergi nganter Ka Eta jam 5 ke travel. Tapi ternyata karena satu dan lain hal dia ga jadi pulang sore itu, jadinya besoknya, which gave me an additional time to be with her. Masalahnya gue ada rencana ke Jatinangor untuk reuni Gugga (angkatan LKMM wilayah ISMKI), bingung lah gue.

But finally, considering i have been such a bad brother by being busy with my own agenda while she was at home, gue mutusin untuk cancel ke Jatinangor. Selaen mesti ngumpulin laporan penelitian juga sih..heheh.

Soo, gue mikir harusnya gue lebih bisa prioritasin waktu buat keluarga sih. Khususnya karena keadaan ga memungkinkan gue untuk ketemu kakak-kakak gue sesering dulu. Apalagi abis nonton Everybody's Fine yang dibintangin Robert de Niro (highly recomended!) jadi tambah pengen maksimalin waktu sama keluarga lah.

Umur-umur segini emang rentan.
Saat dimana kita terlalu sibuk dengan dunia, sampe lupa kalo ga banyak waktu tersisa untuk dihabiskan bareng keluarga.
They're getting older by days, dude.

Love them, cherish them. :)


That Particular Glasses

Background info: My sister, Ka Ela, has an unusually high attraction to glasses. More like glasses-fetish, i supposed. She likes glasses with stand-out color, which kind me and my other sister, Ka Eta, not very fond of. She has MANY of them. And unluckily she is an untidy type of person, so those glasses are literally EVERYWHERE around the house.



Soo, after she left home about 3-4 months ago (because she's married, not a fugitive whatsoever), these glasses are still spread around the house. I dont know why but every time i go look for something, i always end up finding one of her glasses.

Its not a big deal, actually. Its just that it keeps reminding me about how im used to her presence in this house. Used to her being there every weekend i come back from my rent-room.

Its a little thing, the glasses.
But yeah, i miss her.

Monday, July 4, 2011

Rumah Baru Ka Ela

Halo!
Karena keseringan off blogging dan balik-balik dengan minta maaf, i'll just skip the excusing-myself part and head on to what i'm really trying to tell. :)

Setelah ampir 3 bulan tinggal di rumah mertuanya, hari Minggu kemaren kaka pertama gue, Ka Ela, akhirnya pindah ke rumah barunya di daerah Gunung Putri, Bogor. Ngontrak sih, but hey, its a momentous step for that couple in order of maturing their relationship. At least kaka gue akan stop dimanjakan dengan masakan mertuanya yang aduhai *terbukti dari lengan atasnya yang mulai nyaingin pepaya*, dan mulai ngebiasain masak sendiri. You see, she used to not be able to differentiate spinach from kale. *rolling eyes*

Impresi pertama gue pas liat rumahnya...KECIL.
Tapi setelah masuk dan keliling-keliling.....TETEP KECIL.
Cuma butuh waktu 1 menit, give or take, buat ngelilingin rumahnya dari luar-ke dalem-ke luar lagi-ke rumah tetangga...ya engga lah, ngapain?
Mungkin karena gue kebiasa ama rumah gue yang, engga gede sih, tapi lapang jeung teu loba betrak-betruk.
Rumah baru ini dipulas kuning cerah dan punya beranda depan yang oke buat kongkow-kongkow, despite Bogor's weather which is like a living hell compared to Bandung.
Terdiri dari 1 ruang keluarga, 1 kamar tidur utama, 1 dapur, 1 kamar mandi, 1 ruang makan, 1 ruang tidur tamu, 1 lapangan golf. (Kalo sampe tahap ini lo blom sadar ada yang salah berarti lo ga konsen. Baca ulang sanah. Di bawah tiang bendera. Sekarang.)

Rumah baru ini bukan sekedar gedung baru, tapi sebuah tonggak sejarah *halah* yang bakal jadi saksi bisu perjalanan idup keduanya, dan keluarga kami.
Ia akan melihat keduanya saling mengasihi.
Ia (mungkin) akan jadi saksi keduanya saling mencaci. (naudzubillah)
Ia akan ikut serta dalam diskusi soal biaya hidup, tabungan pendidikan anak, tetangga yang mengesalkan, masalah di kantor, sampai bumbu dapur dan cucian kotor.
Di dalamnya lah akan terdengar gema langkah pertama si mungil nanti.
Di beranda nya lah keluarga kami akan bersilaturahmi saat Idul Fitri.

Di luar sana, biarlah badai dan petir mengamuk sesukanya.
Tapi RUMAH dan KELUARGA lah tempatmu melepas jemu dan memupuk bahagia.

Sunday, June 12, 2011

"Ada yang aneh dengan cara saya menghadapi waktu selama ini. Saya banyak protes, “toh gua pingin begini dan begitu, tapi gak bisa, karna gua harus begini dan begitu..” Dan pikiran ini berakhir dengan memanjakan diri, malas-malasan, ngabisin waktu lebih banyak dibandingin dengan bener-bener ngelakuin hal-hal yang saya pengen."
- dicatut dari blognyah Achie.

Word, Chie..word.
Eta pisan.

Thursday, May 26, 2011

Too much sweets will rust your teeth.
Too much tweet will deteriorate your deed.
Too much of everything never means good, bro.

Genre

Obrolan malem ini.


Asun: "Eh Bonk, berarti si Ted di HIMYM tuh udah pacaran sama banyak cewe yah sampe bisa dibikin film?"

Tomat: "Nah berarti si Ribonk juga bisa..hahaha"

Yang-Laen-Yang-Tadinya-Sibuk-Masing-Masing-Trus-Serempak-Berenti: "HAHAHAHAHA"

Gue: "Woo bangsat mat! Haha"

Tomat: "Haha, tapi si Yogi juga bisa.."

Gue: "Tapi beda, kalo urang jadinya film komedi, kalo si Yogi jadinya film drama menjurus sinetron..hahaha"


It actually got me thinking, if our life were about to be put on movie, what genre will it be?

Well it depends on how we go through our lives, on how we see the future ahead, and on how we look those days behind. :)

Wednesday, May 25, 2011

There's an art even in joking.
Be decent by crossing the line but be careful not to break the boundaries. :)

- Learned by trial and error method.

Reporting Live

Reporting live from A.3.1 building of Faculty of Medicine University of Padjajaran.

Sekarang lagi remedial ujian OSCE atau skill kedokteran. Suasanya ga berubah dari taun ke taun, selalu penuh dengan penantian tanpa kepastian. Saat ini melaporkan ada yang tidur dengan santai, ada yang tidur dengan ga santai, ada yang maen game, ada yang baca-baca, ada yang gosip, ada yang gapleh. *loh*

Sepertinya harus ada yang diperbaiki dari sistem OSCE dan remedialnya ini..

ps: Tulisan ini akan dibiarkan menggantung karena penulis juga belum menganalisa masalahnya apa dan belum mencari solusi. Mungkin lain kali. Mungkin.

Tuesday, May 24, 2011

Blogger Pro VS Blogger Amatiran

Sebagian besar blogger ingin menjadi yang profesional meskipun yang mengatakan “ah, saya ngeblog cuma untuk iseng, buat ngisi waktu, menumpahkan unek-unek” juga ada. Hanya saja, ada yang sungguh-sungguh berusaha keras untuk menjadi profesional, dan ada yang tidak sungguh-sungguh. Bagaimana menjadi blogger profesional?

Salah satu metode belajar yang paling dasar-dan masih ampuh sampai saat ini adalah menirukan. Dalam hal ini adalah menirukan perilaku blogger profesional. Nah sebelum bisa meniru mereka, hal pertama yang perlu dilakukan adalah membedakan mereka-yang mana (bagaimana) yang profesional dan yang mana (bagaimana) yang amatiran.

Dari pengalaman mengikuti mereka selama bertahun-tahun, ada beberapa hal yang membedakan blogger profesional dengan amatiran:

1. Tampilan Blog

Bukan mengkilat atau redup. Tetapi kerapihan, penggunaan warna, tata letak, dan kemudahan akses. Blog yang dikelola secara profesional, meskipun tidak selalu kinclong, tetapi semuanya tertata dengan sangat rapi, warna yang digunakan, penempatan link navigasinya mudah dipahami, secara keseluruhan membuat pengunjung betah berlama-lama di sana. Idealnya semua konten bisa diakses dari halaman mana saja.

Sebaliknya, blog amatiran biasanya: tampilannya acak-acakan, mungkin tampilannya cukup rapih tetapi warnanya membuat mata jadi lelah, penempatan elemen-elemen konten sulit dilogikakan. Atau link navigasinya susah dipahami. Seringkali pengunjung kecewa mengklik suatu link, konten yang muncul tidak seperti yang diharapkan.

2. Konten Blog

Blog profesional isinya juga pasti profesional. Profesional dalam artian ‘bermanfaat’. Manfaatnya bisa macam-macam: membangkitkan semangat, memberi petunjuk untuk melakukan ini-itu, menginspirasi, membuat orang menjadi merenung, atau menghibur. Jika tulisannya berupa opini, argumennya kuat dan jelas dengan batasan sopan-santun yang tak pernah kendor. Blogger profesional cenderung membatasi skup topiknya-tidak melebar kemana-mana, disajikan dengan beragam format selain text (grafik, gambar, slide, video dan audio). Jikapun mereka mengambil konten dari blog lain, dia sangat selektif, super peduli terhadap kwalitas dan kesahihan sumber.

Sebaliknya, blogger amatiran tulisannya lebih banyak dipenuhi oleh copy+paste, atau mengambil paragraph pertama blog lain secara otomatis (via feed). Jikapun mereka menulis sendiri, biasanya cenderung asal bicara, asal nyeplos. Habis membaca tulisan blogger amatiran, pengunjung hanya dapat ‘capek’-tidak memperoleh manfaat apa-apa.

3. Konsistensi

Blogger profesional sangat disiplin dan konsisten soal waktu posting. Jika mereka posting 3 x sehari maka mereka akan mengusahakan agar bisa posting 3 x sehari. Jika posting di akhir pekan, maka bisa dipastikan akhir pekan pasti ada konten baru. Mereka tidak mau mengecewakan pembacanya. Mereka sadar betul bahwa salah satu ukuran kredibiltas adalah konsistensi.

Sebaliknya, blogger amatiran sekali waktu mungkin tulisannya cukup bagus, sehingga ada beberapa pengunjung yang menantikan tulisan selanjutnya. Apa lacur ditunggu besoknya tidak muncul, seminggu juga tidak muncul. Pengunjung kecewa. Ternyata tidak konsisten. Kadang berminggu-minggu tidak posting, tetapi lain kali mungkin mereka bisa posting 10 kali dalam satu hari-diborong sekaligus.

4. Etika

Blogger profesional sangat menjaga etika. Tulisan yang bersumber dari tempat lain disebutkan dengan sangat jelas, bahkan disertai link. Demikian juga dengan gambar atau video. Baginya, manfaat sebesar-besarnya bagi pengunjung adalah perioritas utama. Dengan menyebutkan sumber, bukan saja menjaga etika tetapi memberi peluang pengunjung untuk memperoleh pengayaan pengetahuan dari sumber aslinya. Blogger profesional tidak pernah takut jika pengunjungnya akan pindah ke tempat lain. Tidak jarang blogger profesional memberi pujian tulus bahkan menganjurkan pembacanya untuk mengunjungi blog lain yang dianggap lebih berkwalitas.

Sebaliknya, blogger amatiran cenderung tidak terbuka. Jangkan memberikan link ke sumber tulisannya, menyebutkanpun tidak. Mereka pikir, dengan tidak menyebutkan sumber, maka pembaca akan percaya kontennya adalah asli. Padahal mungkin beberapa menit yang lalu pengunjung baru saja membaca tulisan yang sama di tempat lain. Blogger amatiran tidak peduli etika dan integritas.

5. Belajar dan Belajar

Blogger profesional tidak pernah merasa paling pintar. Meskipun mereka sering memberi advise atau petunjuk untuk melakukan ini dan itu, di balik layar mereka terus belajar. Sebagian besar waktunya dipergunakan untuk belajar. Mereka selalu berusaha mencari jawaban atas setiap kendala yang dihadapinya. Mulai dari urusan mengelola hosting, mencari inspirasi konten, hingga mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh pembacanya. Baginya, ngeblog adalah salah satu cara untuk belajar banyak hal. Bukan hanya belajar cuap-cuap atau membuat tampilan blog supaya kinclong, tetapi juga belajar disiplin, konsisten, menjaga kwalitas dan beretika.

Sebaliknya, blogger amatiran cederung pemalas. Baginya, ngeblog hanya sekedar saja. Hanya untuk menyalurkan unek-unek. Tak peduli apa yang dirasakan oleh pembacanya. Tak peduli apa yang dibutuhkan oleh pengunjung. Lebih parahnya lagi mereka biasanya sudah merasa pintar sehingga tidak perlu belajar lagi.

Oh iya, ada satu aspek penting lagi yang hampir saya lupakan, yaitu hosting dan domain. Blogger profesional mengaggap blognya sebagai sesuatu yang penting. Bukan hanya pantas untuk mengbil waktunya, tetapi juga pantas dibiayai. Mereka yang profesional tidak akan ragu menggunakan hosting dan domain sendiri.

Sedangkan bagi blogger amatiran, blognya hanya tempat main-main, sehingga tidak laya untuk dibiayai, tidak layak untuk di maintenance, tidak layak untuk diperhatikan. Mungkin itu sebabnya mengapa blog amatiran jarang memperoleh kunjungan, paling banyak 100-1000 kunjungan sehari sudah bagus. Sedangkan blogger profesional, kunjungan seharinya minimal 5000 unique visior (bukan hit yang lebih banyak dari robot), dengan bounch-back rate dibawah 60%.

Sebagian besar masyarakat umum, menganggap blogger identik dengan main-main, tidak jelas, tidak bertanggungjawab, tidak punya etika. Bahkan suatu ketika salah satu pakar IT Indonesia, yaitu Raden Mas Roy Suryo pernah mengatakan “Blogger adalah orang-rang sakit jiwa”. Mungkin itu sebabnya mengapa tidak ada cukup banyak blogger profesional di Indonesia. Yang saya tahu, tidak semua blogger seperti yang disebutkan oleh Roy Suryo. Blogger profesional memiliki pola pikira yang sangat systematis, disiplin, konsisten, dan beretika.


- Gusti Bob.

Dicopas dari sini.

Experience

Traveling is mind over matters.
If you're physically incapacitated for actually doing one, let your mind go first.

- Sesuatu yang gue pelajari dari ngeliat Teh Moi (Almira Aliyannisa) yang sedang bertualang di negeri-negeri yang gue harap suatu hari nanti bisa jejaki.
Its not about the having fun or moreover the shopping *err, I'm not actually the shopping type* its about SEEING, HEARING, and SENSING pixels of world since its so huge yet I' m just a tiny matter. :)
Pemimpin itu ga hanya mengandalkan kharisma, dia jg harus punya visi. Ga ada guna memimpin kalau ga bisa bawa perubahan yg baik.

Kualitas visi itu kualitas pikiran. Pikiran dicerminkan dari output: perkataan atau tulisan

Sebelum ngasi penilaian kualitas seorang pemimpin,cek dulu perkataan dan tulisannya. Ada gagasan baru yg dia bawa nggak?

- Tweeted by @almiraliya

Nasib

Idup itu kayak naek Damri.
Lo bisa ngeliat Mercy di jalur kiri dan ngebayangin betapa dingin AC-nya, betapa empuk kursinya, segimana gaya untuk ada di dalemnya, atau lo bisa liat ke kanan jalan dan liat anak-anak jalanan, terik matahari yang mereka rasa tiap hari, kerasnya idup mereka, dan betapa yang misahin lo ama mereka cuma satu, NASIB.

Jangan omong kosong tentang gimana lo udah kerja keras untuk sampe di posisi lo sekarang, kalo lahir di di bawah jembatan kayak mereka, dengan usaha doang emang bisa lo ada disini sekarang?

Mirisnya, mereka juga liat BMW, ngebayangin betapa dingin AC-nya, betapa empuk kursinya, dan segimana gayanya untuk ada di dalemnya, setiap hari.

Kapan Harus Dewasa?

“Hari ini, besok harga naik” - @gynaecia

Kapan harus ganti gaya rambut?
Hilangkan poni, gondrong dengan sedikit gaya-gue-gimana-gue style, jadikan belah samping rapi plus minyak rambut klimis opsional.

Kapan harus berenti suka maen game?
Tombol-tombol yang akrab di jari main Final Fantasy terganti pahit manis bermain hati.

Kapan harus berhenti baca komik?
Walau koran banyak manfaatnya, One Piece, Conan, Eyeshield 21, dkk selalu punya eksitasi tersendiri.

Kapan harus memaksa jeans kesayangan untuk pensiun?
Dan membiasakan diri bercelana kain. Bah, seperti tak cukup saja tiap hari di kampus ku memakainya.

Kapan harus sadar kalau menikmati momen dengan caraku sendiri tanpa merugikan orang lain adalah dosa?
Kapan aja boyeeh.



Kapan harus dewasa?
Atau lebih tepatnya, kenapa harus indikator teknis seperti itu yang dijadikan patokan?
Padahal aku percaya bahwa manusia bisa pertahankan semangat dan antusiasme si bocah TK tapi tetap mengutamakan kepentingan bersama, berpikir logis idealis namun tetap menjejak realita, visioner namun tak tenggelam dalam masa depan yang masih fana.

Secara tidak sadar kita tumbuh menjadi orang yang mempersempit definisi, mengaburkan makna kedewasaan itu sendiri.

-Aku, yang menolak dewasa dengan cara mereka.

Blogger: Galat saat memenuhi permintaan anda.

Yak, itu lah tulisan yang muncul waktu gue berniat ngepost di Blogger tadi.

Maafin aku mas Tumblr, nyebut nama saingan mas di judul gede-gede begitu.

…and just what the heck is “galat”??

Sungguh ya waktu pertama baca gue kira tulisannya:

“Blogger: Galau saat memenuhi permintaan anda”

WOW. Mindblowing.

Sebenernya gue dulu bingung kalo mau nulis enakan di Tumblr apa Blogger. Tapi dengan pertimbangan gue banyak nge-reblog postingan orang di Tumblr, yang mana bisa bikin postingan asli gue kekubur, jadi gue lebih milih Blogger.

Eh, tak disangka tak dinyana, dia lagi galau.

Lulus Teu Lulus Nu Penting Udud!

Gue: "Eh maneh lulus taun ieu nteu?"

Mang: "Njir pertanyaan nu langsung nyieun hayang ngaroko..."


Setaun lewat sejak KKN, anak-anaknya tetep bisa bikin ngakak! :D

Saturday, May 14, 2011

5 Art of Happiness

1. Physical Happiness
Makan, tidur, olahraga, dsb. Makan menimbulkan sensasi puas, olahraga membantu melepas hormon endorfin yang menimbulkan sensasi senang, tidur mengaktifkan syaraf parasimpatis yg memberi efek rileks.

2. Intelectual Happiness
Belajar, belajar, dan belajar. Semakin banyak belajar, semakin ringan langkah ini dan semakin percaya diri. Emang sih kadang yang namanya belajar itu malesin banget (moreover, given the circumstances kudu ngapalin 32 kasus dalam kurang dari seminggu. groarr), tapi secara ga sadar setelah proses belajar itu selalu ada sensasi puas dan merasa jadi manusia yang lebih baik. Belajar disini ga selalu harus suatu disiplin ilmu tertentu, perluas wawasan umum juga punya efek yang sama,

3. Estetical Happiness
Semua itu harus diatur sedemikian rupa agar enak dipandang. Otak kanan manusia sudah hakikatnya memiliki sense keindahan, maka saat melihat diri, keadaan sekitar, lawan jenis (?!), atau segala sesuatu yang indah-indah lainnya, secara alami kita akan merasa bahagia.

4. Moral happiness
Bermanfaat untuk orang lain. Disadari atau tidak, kebahagiaan yang sesungguhnya didapat dari kita berbagi dengan orang lain. Paradox of sharing, semakin banyak kita berbagi, semakin banyak yang kita dapatkan. Islam juga ngajarin kita bahwa sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat untuk manusia lain.

5. Spiritual Happiness
Hal yg menjadi ruh dari segala kebahagiaan, tanpa iman, kita tidak akan pernah mendapatkan kebahagiaan yang sepenuhnya. Iman itu hakikatnya naik turun, gue suka ngerasain kalo iman lagi turun, shalat ga khusyuk, mau ngapa-ngapain jadi ga enak. Makanya harus dijaga banget nih yang satu ini. :)

Tulisan ini bersumber dari Prof. Komaruddin Hidayat yang kemudian ditwit oleh @Zulmi_Cumi si senior nan hobi galau et causa pengen cepet kawin dan lalu diritwit lagi oleh @rizkavs mantan ketua seksi gue dulu di Seksi Pembinaan & Kaderisasi Senat Mahasiswa FK Unpad, FYI beliau ini juga salah satu mentor yang mengambil peran cukup besar atas pencapaian-pencapaian yang gue raih. :) Trus ditambah-tambahin dengan pikiran gue sendiri juga sih..hehe.

Now, back to draft SOOCA!

Thursday, May 12, 2011

Livin' A la Nerd

Sleep-study-socmed-study-eat-study- accidentally slept-study-study-still freakin study-sleep (by dreamin study).

@

Through Days Like These We Grew. :)

#nowplaying Feist - Mushaboom

Karena udah lama ga blogging…apa kabar Tumblr?

Edan pundung lah ga mau jawab. Okeh!

Assuming you would ask me back, overall I’m fine. :)

Lagi hectic MDE-SOOCA-SIDANG nih. Semoga aja beneran jadi UAS terakhir gue.

Ujian terakhir yang KERASS (S-nya ampe dobel) ini berlangsung sebulan totalnya. Memberi gue dan temen-temen seangkatan beban fisik dan mental yang ga ringan. But I’m sure we’ll manage. Through days like these we grew, right? :)

Kesehatan agak menurun soalnya banyak begadang demi nonton Burn Notice ngapalin 32 case SOOCA dan ngelahap (not literally) ribuan soal buat MDE.

Lutut kiri masih belom sembuh dari oleh-oleh Olymphiart kemaren, quadriceps straining. Jadi masih betah rehabilitasi manasin-regangin otot tiap pagi dan sedia counterpain di tas. Gue kangen jongkok dan lompat-lompat! Serius ini mah, activitas boker normal terlihat sangat berharga kalo udah gini. Pengen maen basket juga. Not like i had time for sport or anything sih. Ya berdoa aja semoga cepet sembuh deh..amiin.

Kosan acak-acakannya udah kayak kandang. Dengan kondisi ampir tiap malem nginep di Sarmon (Sarang Monyet, kosan Galan yang berasal dari spesies Macaca fascicularis) gue ke kosan cuman mandi-ganti baju-drop dan ambil barang.

Laptop yang setia ngerjain skripsi berminggu-minggu kemaren tombol N-nya rusak kayanya. Harus dipencet keras banget baru keluar. nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn.

HP sejak diinstal O.S 6 jadi sering hang dan agak lemot. Sempet kepikiran ganti lagi jadi O.S 5. :/

Pikiran? Ah i can barely think about anything else than my exam. Paling lagi seneng baca-baca soal NII dan PKS, dan keadaan islam di Indonesia sekarang ini.

Emotional state? Relatively stable, with a little endorphins turn-over here and there. ;)

But ah, life is just too short for an emotional roller coaster, ain’t it?

Boleh Berdarah Asal Jangan Mati.

Berikut adalah kumpulan twit gue pada suatu subuh sekitar jam 4 setelah ga tidur semaleman untuk..yah, well..belajar. *dammit, i feel like a genious just by saying that*

When the going gets tough, the tough gets going.
Saat keadaan smakin keras, hanya yang KERAS yg akan bertahan.
*klo ditranslate jd ambigu :/

Sure the days now aren't like any other days. But the self within us, are we just any other us? :)

Through days like these we grew, people. Better, faster, stronger. We might bleed in the process, but stay alive. Because the scars count.

Being sleepy is only a state of mind. I don't need sleep, I just want them so bad. *yawn

If life was a toy, on the box it would say, "CAUTION! NOT FOR LOSERS"

There's this some kind of signal burst both in my phonecells and my brain cells. Its dimwittedly dilbitted.


Kenapa dipindah kesini? Yah soalnya setelah dipikir-pikir sayang aja kalo pikiran-pikiran gue terbuang percuma di Twitter doang yang masa penyimpanan datanya cuma sekitar dua minggu..

Sunday, May 8, 2011

Away and Apart

A home is not a house, its people.
Home is entirely bout the people you love. The people who watched you grew. The people you grew up with. Your family.

Its not about how much time you spend in it.
For nearly 4 years I have spent my life in Jatinangor, a town where my campus stands. Each and every single week in it means 5 days in kosan and 2 days in my real house.
Sometimes when I have some extra activities going on, I didn’t even come home.
It seemed okay at the moment, I would make a single phone call and my mom would say its okay for me not to come home that weekend. I barely notice a dissapointed tone on her voice..

Now, on the verge of my sister’s wedding, I look back to those moment and I feel a slight of regression. Now one of my family will go away, someday my other sister will too. And my time will eventually come too.

I guess its a part of growing up, to be seperated to our own way, to our own destiny..

-Ditulis oleh saya, diatas Damri yang berjalan perlahan. Menjauhi rumah. Menjauhi mereka yang biasa hangatkan jiwa.

Ups and Downs

When I die and my brain is being sectioned, I want those nerdy professor guys to find an interesting-full of ups and downs-story in it.

Yeah, I sometimes forgot that in order for a life to be awesome and UNboring, it needs “downs” as much as it needs “ups”. Well, anything but a straight-plain-mediocre life.
It’ll hurt but I’ll manage. :)

Monday, March 14, 2011

Makan Ati

Terima kasih kepada Angkatan 2007 FK Unpad yang salah satu forumnya telah mengajarkan saya bahwa menjadi jujur dan sedikit lebih terbuka tentang apa yang dirasa adalah sebuah kesia-siaan.



Mari tetap menjadi seorang yang penuh tawa-tak berhati.
Apparently, that's all they need and interest to see.

Monday, March 7, 2011

Tender Jas Koas dan Baju Jaga

Yow!

Hari ini, 7 Maret 2011 di kampus (terutama di angkatan 2007) ada sedikit kehebohan yang diakibatkan pelemparan tender jas koas dan baju jaga untuk masa P3D (Program Pendidikan Profesi Dokter) atau biasa disebut masa koas.

Sebenernya ga usah dilempar tender dan semua orang jual juga ga masalah, tapi hal ini menjadi sedikit heboh karena angkatan udah sepakat untuk menyisihkan sebagian keuntungan dari penjualan jas koas dan baju jaga tersebut untuk danus Buku Kenangan.

Proses dimulai dengan berkumpulnya pengurus angkatan, panitia buku kenangan, dan koor tutor jam 8 di A.3.1. Disana terjadilah presentasi dari keenam orang yang punya koneksi dan sanggup jadi supplier jas koas dan baju jaga. Enam orang tersebut adalah Lastri, Chacha, Ghia, Misheila, Deby, dan Irawan. Presentasi plus tanya jawab 5 menit untuk setiap presentator nampaknya kurang dengan adanya sedikit selingan fashion show, penonton yang ganas menjamah contoh bahan yang ada, dan promosi ala ncik-ncik Mangga Dua. Ampun Deb, ampun. *sembah*

Proses dilanjutkan sehabis tutorial dengan semua contoh jas koas dan baju jaga dihamparkan di meja ruang tutor dan para calon supplier menunggu di luar.
















Diskusi bergulir seputar kualitas bahan, kualitas jahitan, fitur yang tersedia (berasa laptop), ketersediaan ukuran custom, dan tentu saja harga. Memang frasa CREAM (Cash Rules Everything Around Me) itu benar adanya. Diskusi berjalan cukup alot dengan masing-masing orang punya pendapat.



Di tengah perdebatan itu ada Dani Ferdian, ketua angkatan kami yang mencoba menengahi dengan senyuman di bibir dan tahi lalat sakti mandraguna nan bisa membuat wanita klepek-klepek (well that's a hell of a name) di hidung.

Ada orang yang entah kenapa ada di ruangan itu dan, as expectedly, ga berkontribusi apa-apa selain memandang kosong dan sesekali berliur. Introducing, Agung Ariwibowo a.k.a Tomat. Oh engga ding, he did say something once, "Yaudah sih susah-susah amat, beli aja yang paling mahal.."

Ada, untuk suatu alasan yang tidak diketahui, om-om dengan kebotakan yang signifikan dan memberikan penerangan tambahan dengan memantulkan cahaya lampu dengan jidatnya, Bagus Dwiatmojo.

Tapi tentu saja diantara orang-orang yang minim kontribusi tadi ada orang yang dengan konsisten mengeluarkan statement-statement berbobot nan berkualitas seperti, "Bagaimana hubungan antara bahan yang saudara tawarkan dengan perdagangan budak di Afrika Selatan?" atau "Menurut saya harga yang anda pasang akan berakibat buruk pada inflasi harga mentimun di dunia belahan barat.."

Dan akhirnya, setelah tawar menawar dan bargaining (puguh tawar menawar teh bargaining) yang cukup alot, terpilihlah Deby sebagai pemenang tender jas koas dan baju jaga untuk mahasiswa FK Unpad 2007! Yaay, congratz! Semoga indahnya penampakan kita saat dibalut jas nanti juga seindah prestasi dan kontribusi kita untuk pasien...amiin.

Thursday, March 3, 2011

If you don't have skill, do it with style.


(via Krisha Adhya N)

Miles

“Fuck the miles. Fuck them.”
- Going The Distance

Abis nonton film ini jadi semacam tertohok. Teriris. Tersayat. Terbelah bagai sembilu.(?!)

Selama ini selalu kalah ama yang namanya jarak nih. Padahal jarak terjauh juga cuman Bandung - Jakarta. Not fully committed, my friends used to say. Easily tempted, others would have thought.

Padahal ntar kalo PTT di, lets say Papua, gue bakal jauh sama siapapun itu. Untuk waktu yang ga sebentar pula. Mau jadi apa gua? Mau cinlok ama warga lokal, kawin siri dan menghasilkan anak-anak item rambut kriwel yang berlarian dengan koteka?

Well, that’s exactly not the way i would picture myself in 5 to 10 years ahead.

Yeah, i have to fix it, i guess.

Fitrah Lelaki

Sepuluh perkara termasuk fitrah untuk lelaki:

1. Menggunting kumis

2. Merawat janggut

3. Bersiwak

4. Kumur-kumur

5. Memotong kuku

6. Beristinja’

7. Membasuh lipat jemari & cuping telinga

8. Mencabut bulu ketiak

9. Mencukur rambut kemaluan

10. Menghisap air ke hidung.

(Dari twit #Lelaki - nya Mas @salimafillah )

Nomer 1 oke dah. Sempet jadi om-om berkumis lebat buat nakutin anak baru pas jadi ketua ospek, but that’s that.

Nomer 2 maksudnya “merawat” itu memanjangkan apa dipelihara supaya terlihat indah, either itu dicukur apa engga ya?

Nomer 8 sangat-sangat jarang gue lakuin karena entah kenapa paradigma umum membuatnya sangat gay-ish, apalagi “mencabut” seems menyakitkan sampe ke ubun-ubun kalo denger pengalaman cewe-cewe di sekitar gue. Semoga ngegunting aja ga apa-apa deh ya. :D

Lost and Found: Excitement


(Ki-Ka: Belakang: Disti, Iie, Ivone, Kate. Depan: Kara, Maya, Bonar, Vina, Novery, Gue )


Yaay! Setelah dua minggu gue ditinggal foto sama kelompok tutor pas lab yang mana lalu fotonya diaplot di FB dengan caption; “Tutor GUS A2 FULL TEAM” (entah kenapa gue tau ada penekanan khusus pada kata “full team”), akhirnya gue berhasil masup foto dan kelompok gue beneran full team! Hahaha.


Sebenernya bukan salah mereka juga gue ga masuk foto di dua kali lab berturut-turut gue cabut lab. Jangan dicontoh ya, I’ve been a bad boy..*geleng-geleng* *mendesah penuh sesal*


Foto-foto di lab gini somehow mengingatkan gue akan excitement dan kebanggan yang once gue miliki. Gue ama anak-anak suka ngetawain ngeliat anak 2010 pada hobi banget foto di kampus. Di lab foto, di plaza foto, di ruang lecture foto, kayaknya tinggal di ruang dekan aja mereka belom foto. (But I know they’re trying, though) Dibalik tawa itu gue keingetan kalo gue ama anak-anak seangkatan 2007 juga sama noraknya ama mereka dulu, but somewhere along the road med-school’s madness took that excitement away from us..


I miss that eagerness, i miss that excitement.

I miss that passion. :’)
There are two types of people in the world :


those who prefer to be sad among others,

and those who prefer to be sad alone.


(via dimitra)

Guts and Skills

Tukang Patil.
Don Juan.
Playboy Cap Kampak. (semacem minyak kayu putih)
Si Brengsek Ranking 1.

They have been calling me by almost any ways i can imagine, these days.
They say that I'm a jerk for having so many exes, for having no trouble whatsoever on getting any girl i want, for not waiting long enough to move on from one girl to another.
But the fact is they don't know shit about me. They're just assuming what i am now alike based on what they know about me on my dim past.

But that's okay, i fully understand that people judge you like, all the time.
Its just that after a while of observation, i got to one conclusion.

Society, especially men, actually needs a douchebag.

Weird, eh?
As much as they laughing and "Parah, parah.."-ing my stories, they actually got excited and enjoys every part of them.
Moreover, they kinda worship me i guess. For saying what they cannot say, doing what they cannot do, and having what they cannot have.

And guess what, as soon as my day 1 through retirement from the dirtbag world, they start to whine and begging me not to. Saying all that craps about how not cool i get after i quit being jerk.


There's a huge difference between "wont" and "cant".
So after all, I'm not the bad guy, you know.
I'm just YOU, plus guts and skills.

Sunday, January 30, 2011

5 Hati

Gue punya kaka dua biji.

Walaupun mereka ga punya biji.

Gue sayang sama mereka.

Bukan sayang inyi minyi sih.

Entah kenapa lebih nyaman menyatakannya dengan implisit.


Hari ini mereka berantem.

Bukan hal baru sebenernya, since kami udah berantem sejak gue bisa nginget.

Berantemnya ga penting sih kalo kata gue, dan somehow gue tau bakal baekan dengan segera.

Tapi nyokap gue sempet nangis.

Katanya kenapa koq punya anak-anak perempuan keras kepala semua.

Yeah, note the word “perempuan”.

Berarti gue engga.

Ha.

Ha.

Ha.


Jadi mikir aja sih.

Kaka gue yang pertama udah mo kawin April nanti.

Kaka gue yang kedua kuliah dan ngekos di Jakarta.

Gue kuliah dan ngekos di Jatinangor.



Ka Ela, Ka Eta.

Takdir mengharuskan kita berada berkilometer-kilometer jauhnya.

Tapi cukuplah itu memisahkan kita secara fisik.

Karena gue selalu yakin sejauh apapun takdir memisahkan kita, hati-hati kita akan selalu dekat terpaut kata;


Keluarga.