Malam minggu ini aku jaga
Kukayuh Si Kuning seperti biasa
Kring-kring, begitu salaknya saat ada orang gila
Risih mungkin ia melihat yang tak bercelana.
Sudah jam tujuh kurang dua puluh empat
Tak ingin terlambat kukayuh sepedaku lebih cepat
Sampai juga dengan ditemani keringat
Ia yang menjaga siang hanya lewat
Menyapa pun tidak, kesal sesaat.
Tapi itupun cepat berganti tawa
Tersebutlah Nadia temanku dari Malaysia
Ia bawa sushi sekotak untuk disantap bersama
Kami pun berfoto, mengunyah dengan hihi-haha
Kriiiing! Bukan Si Kuning tapi televon yang berdering
Nyaring tapi tidak terdengar penting
Permintaan pemasangan NGT di Melati dekat Kemuning
Bukan hal genting apalagi life-saving.
Santai kami teruskan menonton Liverpool-MU
Residen masuk menanyakan siapa yang mau
Ayo yang mau bantu NGT ikut aku
Karena bosan semua ikut tanpa malu-malu.
Delapan kami berbondong.
Kami ajak canda juga saling dorong
Seperti anak kecil saja pikir Lorong
Biasanya gurau malam hanya jatah Si Pocong.
Sampai dengan salam lepas
Pada Haris koas bedah yang bertugas
Pasang NGT jawabku lugas
Memasuki kamar enam yang pengap dan agak panas
Aku, mendadak lemas.
Sudah refleks hal pertama yg kulihat adalah dada
Bukan mesum atau zina mata
Sebatas memastikan ada pergerakan disana
Hey-hey kenapa statis dan tak berima?
Rombongan alat resusitasi mengantri
Mengambil nomor tunggu untuk aplikasi
Merasa tak berguna mereka berteriak dalam sunyi
Ia sudah tak disini! Pulangkan kami!
Delapan kami keluar dalam diam yang canggung
Hanya berbincang dari punggung ke punggung
Pun hanya satu topik yang diusung
Ia kami yang bunuh atau hanya tidak beruntung?
Residen tenang bersabda
NHML memang sulit diajak dialog terbuka
Sering seenaknya mengambil nyawa
Ia sudah tak disana bahkan saat sushi Nadia belum dibuka.
Semeyakinkan apapun residen bukan Sang Maha Kuasa
Toh tetap malam ini kami punya satu agenda
Mengganggu tidur dengan benak bertanya
Apa yang akan terjadi seandainya..
Ya. Seandainya..
Malam ini delapan kami termenung
Ditemani beribu andai yang tak berujung.
Kukayuh Si Kuning seperti biasa
Kring-kring, begitu salaknya saat ada orang gila
Risih mungkin ia melihat yang tak bercelana.
Sudah jam tujuh kurang dua puluh empat
Tak ingin terlambat kukayuh sepedaku lebih cepat
Sampai juga dengan ditemani keringat
Ia yang menjaga siang hanya lewat
Menyapa pun tidak, kesal sesaat.
Tapi itupun cepat berganti tawa
Tersebutlah Nadia temanku dari Malaysia
Ia bawa sushi sekotak untuk disantap bersama
Kami pun berfoto, mengunyah dengan hihi-haha
Kriiiing! Bukan Si Kuning tapi televon yang berdering
Nyaring tapi tidak terdengar penting
Permintaan pemasangan NGT di Melati dekat Kemuning
Bukan hal genting apalagi life-saving.
Santai kami teruskan menonton Liverpool-MU
Residen masuk menanyakan siapa yang mau
Ayo yang mau bantu NGT ikut aku
Karena bosan semua ikut tanpa malu-malu.
Delapan kami berbondong.
Kami ajak canda juga saling dorong
Seperti anak kecil saja pikir Lorong
Biasanya gurau malam hanya jatah Si Pocong.
Sampai dengan salam lepas
Pada Haris koas bedah yang bertugas
Pasang NGT jawabku lugas
Memasuki kamar enam yang pengap dan agak panas
Aku, mendadak lemas.
Sudah refleks hal pertama yg kulihat adalah dada
Bukan mesum atau zina mata
Sebatas memastikan ada pergerakan disana
Hey-hey kenapa statis dan tak berima?
Rombongan alat resusitasi mengantri
Mengambil nomor tunggu untuk aplikasi
Merasa tak berguna mereka berteriak dalam sunyi
Ia sudah tak disini! Pulangkan kami!
Delapan kami keluar dalam diam yang canggung
Hanya berbincang dari punggung ke punggung
Pun hanya satu topik yang diusung
Ia kami yang bunuh atau hanya tidak beruntung?
Residen tenang bersabda
NHML memang sulit diajak dialog terbuka
Sering seenaknya mengambil nyawa
Ia sudah tak disana bahkan saat sushi Nadia belum dibuka.
Semeyakinkan apapun residen bukan Sang Maha Kuasa
Toh tetap malam ini kami punya satu agenda
Mengganggu tidur dengan benak bertanya
Apa yang akan terjadi seandainya..
Ya. Seandainya..
Malam ini delapan kami termenung
Ditemani beribu andai yang tak berujung.
No comments:
Post a Comment