Friday, January 1, 2010

Bohong

Aku tak tahu. Aku hanya kehilangan debar itu.
Debar yang membuatku tak bisa tidur semalaman dan memaksaku berjanji tak akan berbohong lagi.
Walau tentu saja, janji itu juga pada akhirnya, bohong.

Aku dan Pilihanku

Aku akan berdiri pada kehendak bebasku sendiri.
Bila aku berbuat salah, akulah yang salah. Bila aku berbuat benar, akulah yang benar. Aku membangun surgaku sendiri, aku juga yang menyiapkan jalan ke nerakaku sendiri.

Utopia

"Apa itu utopia?" tanya seseorang kepadanya.
"Utopia adalah sebuah titik, yang ketika kau berada di sebuah horison, titik itu berada sepuluh langkah di hadapanmu," kata si penyair, "setiap kali kau mendekatinya sepuluh langkah, titik itu akan menjauh sepuluh langkah. Dan ketika kau berusaha menggapainya seribu langkah, titik itu selalu menjauh sebanyak langkah yang kau ambil"
Utopia penting untuk dimiliki, agar kita terus melangkah, dan selalu melangkah.

Cuaca Di Bulan Desember

Cuaca di bulan Desember.
Membingungkan dan tak pernah pasti. Tak pernah kupahami.

Seperti pemahamanku yang terbatas soal cuaca di bulan Desember, aku juga terbatas memahamimu. Kau seperti peri angin yang sepanjang waktu terkena flu. Saat kusiapkan payung untuk menghadapi badaimu, kau membatalkannya dengan gerimis-gerimis kecil yang menjengkelkan. Saat tak kusiapkan apa-apa karena kupikir langitmu cerah seperti langit Mei, kau mengajakku bermain air dalam badai. Bingung sekali aku menghadapimu.

Tapi diluar semua itu, ada yang kusuka soal Desember. Setelah badai, bagiku langit selalu terlihat lebih indah. Pelangi yang jarang muncul pun menampakkan diri.
Pada keindahannya, aku menyerah.

Kenapa kupilih tuk bermain air saat sewajarnya aku terdiam getir?
Karena kupilih menikmati baik badai dan pelangi.