Friday, October 14, 2011

I'm SMART. (And So Are You)

Mungkin judul post ini bikin kalian agak pengen ngelempar Harrisson* ke muka sayah, tapi gimanapun juga itulah yang gue rasain semenjak masa koas. *ngelak dari Harrisson*

For the sake of background information, let me tell you about my academical record:
Jaman SD.
I WAS THE MAN. Yah, figuratively speaking sih, because technically i was a boy back then. Langganan ranking 3 besar di kelas dan di sekolah, sering banget disuruh ikut lomba dan cerdas cermat, mengharumkan nama sekolah banget lah.
Sejarah 6 taun itu berakhir manis dengan gue jadi ranking 1 se-sekolah dan jadi murid dengan NEM terbaik. Pulang dengan memboyong 2 piala yang gedenya ampir nyaingin badan gue. (Bohong sih, wong gue SD segede gaban) (Gaban itu apa ya btw?) (Yah well, carry on)

Jaman SMP.
Mulai ngerti kesenangan duniawi. (Apa hayoo) And hence culminate to degradation of my academical achievement. Masih 10 besar sih, tapi udah jarang masuk 5 apalagi 3 besar.

Jaman SMA.
Semakin dirasuki dan dibuai wanginya surga dunia. *halah* Apalagi makin banyak kegiatan ekstra-kulikuler dan maen sama temen, makin nyusruk lah aspek akademik gue. Tapi ga sampe parah-parah banget sih, yah paling ulangan fisika gue dapet 0 pernah lah. (But no matter how unbelievable this may seems, ini lumrah loh) Kurvanya mulai menanjak dan mencapai titik kulminasi tertingginya saat gue mau SPMB. Dengan motivasi pribadi yang menggebu untuk masuk FK Unpad, bantuan si D 1673 FK (yang dengan seenaknya gue terjemahkan sebagai 1 6ot 7o 3nter FK), dan heavily sleep deprived life cycle, gue bener-bener jadi anak rajun dan pintar dan membantu nenek menyebrang jalan.

Jaman kuliah S-1.
Sibuk di angkatan. Sibuk CIMSA. Sibuk basket. Sibuk Senat. Sibuk mengejar kepulan asap Damri terakhir biar bisa pulang hari itu. Sibuk pacaran. Sibuk wisata kuliner Jatinangor. Sibuk nongkrong di Sarmon. Sibuk maen. Sibuk membuka diri seluas mungkin pada berbagai kesempatan yang hidup tawarkan. But unfortunately, academic is not one of them. Gagal lulus dengan status "Dengan Pujian" sebenernya cukup bikin kecewa sih, since nyokap adalah orang yang sangat pintar (S-1 dan S-2 nya lulus dengan IPK 4) dan berharap anak-anaknya sepintar beliau. Meski beliau santai sih, dijadiin bahan becandaan aja..haha.

Jaman Koas.
Bagian pertama Mata: Nilai A. Jadi lulusan terbaik bareng Ruli. Dapet tawaran beasiswa.
Bagian kedua Rehab Medik: Nilai B++ (karena ketauan tidur pas perseptoran -_-").
Bagian ketiga Gigi Mulut: Nilai A. Jadi lulusan terbaik bareng Irawan dan Nita.
Bagian keempat Kedokteran Nuklir: Ga dikasitau nilainya sih, tapi ad bonam. **
Bagian kelima THT: Menanti ujian minggu depan. Semoga bagus hasilnya, amiin.

Fakta diatas bikin gue mikir, SEMUA ORANG ITU PINTAR ASAL MAU USAHA.
Karena apa yang membedakan antara gue saat koas dan kuliah adalah; PASSION.
Semasa kuliah gue menaruh passion gue untuk hal-hal lain yang sampe saat ini gue masih berdoa semoga hal-hal itu bermanfaat, sedangkan saat koas ada sesuatu yang merebut kembali passion itu ke aspek akademik. Hal apakah itu? Nantikan di post selanjutnya. :p

Jadi intinya, buat kamu-kamu yang ngerasa ga pinter ato emang ga dikaruniai bakat buat pinter, that's a complete bullshyt. I'm the living proof of my own previous sentence. Jangan jadiin itu sebagai alibi dari kejahatan lo sebenarnya; kemalasan buat berusaha.
Percayalah, potensi yang disia-siakan adalah dosa, teman. :)


*Harrisson itu buku kedokteran yang tebelnya se...yah pokoknya tebel deh.
** Serius paragraf ini bukan buat sombong, lagian mau sombong ke siapa? Wong yang baca post ini orangnya lo-lagi-lo-lagi..haha

No comments: