Tuesday, May 24, 2011

Blogger Pro VS Blogger Amatiran

Sebagian besar blogger ingin menjadi yang profesional meskipun yang mengatakan “ah, saya ngeblog cuma untuk iseng, buat ngisi waktu, menumpahkan unek-unek” juga ada. Hanya saja, ada yang sungguh-sungguh berusaha keras untuk menjadi profesional, dan ada yang tidak sungguh-sungguh. Bagaimana menjadi blogger profesional?

Salah satu metode belajar yang paling dasar-dan masih ampuh sampai saat ini adalah menirukan. Dalam hal ini adalah menirukan perilaku blogger profesional. Nah sebelum bisa meniru mereka, hal pertama yang perlu dilakukan adalah membedakan mereka-yang mana (bagaimana) yang profesional dan yang mana (bagaimana) yang amatiran.

Dari pengalaman mengikuti mereka selama bertahun-tahun, ada beberapa hal yang membedakan blogger profesional dengan amatiran:

1. Tampilan Blog

Bukan mengkilat atau redup. Tetapi kerapihan, penggunaan warna, tata letak, dan kemudahan akses. Blog yang dikelola secara profesional, meskipun tidak selalu kinclong, tetapi semuanya tertata dengan sangat rapi, warna yang digunakan, penempatan link navigasinya mudah dipahami, secara keseluruhan membuat pengunjung betah berlama-lama di sana. Idealnya semua konten bisa diakses dari halaman mana saja.

Sebaliknya, blog amatiran biasanya: tampilannya acak-acakan, mungkin tampilannya cukup rapih tetapi warnanya membuat mata jadi lelah, penempatan elemen-elemen konten sulit dilogikakan. Atau link navigasinya susah dipahami. Seringkali pengunjung kecewa mengklik suatu link, konten yang muncul tidak seperti yang diharapkan.

2. Konten Blog

Blog profesional isinya juga pasti profesional. Profesional dalam artian ‘bermanfaat’. Manfaatnya bisa macam-macam: membangkitkan semangat, memberi petunjuk untuk melakukan ini-itu, menginspirasi, membuat orang menjadi merenung, atau menghibur. Jika tulisannya berupa opini, argumennya kuat dan jelas dengan batasan sopan-santun yang tak pernah kendor. Blogger profesional cenderung membatasi skup topiknya-tidak melebar kemana-mana, disajikan dengan beragam format selain text (grafik, gambar, slide, video dan audio). Jikapun mereka mengambil konten dari blog lain, dia sangat selektif, super peduli terhadap kwalitas dan kesahihan sumber.

Sebaliknya, blogger amatiran tulisannya lebih banyak dipenuhi oleh copy+paste, atau mengambil paragraph pertama blog lain secara otomatis (via feed). Jikapun mereka menulis sendiri, biasanya cenderung asal bicara, asal nyeplos. Habis membaca tulisan blogger amatiran, pengunjung hanya dapat ‘capek’-tidak memperoleh manfaat apa-apa.

3. Konsistensi

Blogger profesional sangat disiplin dan konsisten soal waktu posting. Jika mereka posting 3 x sehari maka mereka akan mengusahakan agar bisa posting 3 x sehari. Jika posting di akhir pekan, maka bisa dipastikan akhir pekan pasti ada konten baru. Mereka tidak mau mengecewakan pembacanya. Mereka sadar betul bahwa salah satu ukuran kredibiltas adalah konsistensi.

Sebaliknya, blogger amatiran sekali waktu mungkin tulisannya cukup bagus, sehingga ada beberapa pengunjung yang menantikan tulisan selanjutnya. Apa lacur ditunggu besoknya tidak muncul, seminggu juga tidak muncul. Pengunjung kecewa. Ternyata tidak konsisten. Kadang berminggu-minggu tidak posting, tetapi lain kali mungkin mereka bisa posting 10 kali dalam satu hari-diborong sekaligus.

4. Etika

Blogger profesional sangat menjaga etika. Tulisan yang bersumber dari tempat lain disebutkan dengan sangat jelas, bahkan disertai link. Demikian juga dengan gambar atau video. Baginya, manfaat sebesar-besarnya bagi pengunjung adalah perioritas utama. Dengan menyebutkan sumber, bukan saja menjaga etika tetapi memberi peluang pengunjung untuk memperoleh pengayaan pengetahuan dari sumber aslinya. Blogger profesional tidak pernah takut jika pengunjungnya akan pindah ke tempat lain. Tidak jarang blogger profesional memberi pujian tulus bahkan menganjurkan pembacanya untuk mengunjungi blog lain yang dianggap lebih berkwalitas.

Sebaliknya, blogger amatiran cenderung tidak terbuka. Jangkan memberikan link ke sumber tulisannya, menyebutkanpun tidak. Mereka pikir, dengan tidak menyebutkan sumber, maka pembaca akan percaya kontennya adalah asli. Padahal mungkin beberapa menit yang lalu pengunjung baru saja membaca tulisan yang sama di tempat lain. Blogger amatiran tidak peduli etika dan integritas.

5. Belajar dan Belajar

Blogger profesional tidak pernah merasa paling pintar. Meskipun mereka sering memberi advise atau petunjuk untuk melakukan ini dan itu, di balik layar mereka terus belajar. Sebagian besar waktunya dipergunakan untuk belajar. Mereka selalu berusaha mencari jawaban atas setiap kendala yang dihadapinya. Mulai dari urusan mengelola hosting, mencari inspirasi konten, hingga mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh pembacanya. Baginya, ngeblog adalah salah satu cara untuk belajar banyak hal. Bukan hanya belajar cuap-cuap atau membuat tampilan blog supaya kinclong, tetapi juga belajar disiplin, konsisten, menjaga kwalitas dan beretika.

Sebaliknya, blogger amatiran cederung pemalas. Baginya, ngeblog hanya sekedar saja. Hanya untuk menyalurkan unek-unek. Tak peduli apa yang dirasakan oleh pembacanya. Tak peduli apa yang dibutuhkan oleh pengunjung. Lebih parahnya lagi mereka biasanya sudah merasa pintar sehingga tidak perlu belajar lagi.

Oh iya, ada satu aspek penting lagi yang hampir saya lupakan, yaitu hosting dan domain. Blogger profesional mengaggap blognya sebagai sesuatu yang penting. Bukan hanya pantas untuk mengbil waktunya, tetapi juga pantas dibiayai. Mereka yang profesional tidak akan ragu menggunakan hosting dan domain sendiri.

Sedangkan bagi blogger amatiran, blognya hanya tempat main-main, sehingga tidak laya untuk dibiayai, tidak layak untuk di maintenance, tidak layak untuk diperhatikan. Mungkin itu sebabnya mengapa blog amatiran jarang memperoleh kunjungan, paling banyak 100-1000 kunjungan sehari sudah bagus. Sedangkan blogger profesional, kunjungan seharinya minimal 5000 unique visior (bukan hit yang lebih banyak dari robot), dengan bounch-back rate dibawah 60%.

Sebagian besar masyarakat umum, menganggap blogger identik dengan main-main, tidak jelas, tidak bertanggungjawab, tidak punya etika. Bahkan suatu ketika salah satu pakar IT Indonesia, yaitu Raden Mas Roy Suryo pernah mengatakan “Blogger adalah orang-rang sakit jiwa”. Mungkin itu sebabnya mengapa tidak ada cukup banyak blogger profesional di Indonesia. Yang saya tahu, tidak semua blogger seperti yang disebutkan oleh Roy Suryo. Blogger profesional memiliki pola pikira yang sangat systematis, disiplin, konsisten, dan beretika.


- Gusti Bob.

Dicopas dari sini.

No comments: