Wednesday, March 17, 2010

Bulan di Bumiku

Senja merekah, menutup hari dengan merahnya
'Ah, malam datang. Ingin rasanya esok cepat terbentang,' pikirku

Aku tak pernah harapkan malam

Hening dan dingin, terbalut diam.


Dalam penantianku akan esok, hatiku berbisik
'Hey, cobalah lihat ke atas!'

Tak biasa aku melihat keatas, pegal leherku nanti

Dan lagi,

Tak kuharap apapun dari langit malam selain gelap yang menenggelamkan.


Tapi angin berkata lain rupanya
Malam-malam silih berganti tapi baru kini ku mendongak

. . .

Sejenak ku terhenyak, hanyut dalam kontemplasi

Berbalut hitam malam indahmu teresonansi

Jauh dan sedikit angkuh, ingin sekali ku merengkuh.


Tak kumengerti apa yang bedakan dia dari yang sebelumnya menghampiri
Dia tak membara layaknya Kejora yang menyala-nyala

Juga tak seanggun Tiara berbingkai gaun

Namun satu yang kurasa pasti, dia, jelita dengan caranya sendiri

...............

'Bulan..,' tak sadar ku berbisik, lirih.


Malam itu memang bukan malam biasa
Membuat siang-siang yang datang setelahnya bias

Kini hening pecah menjadi gelak tawa

Kini dingin berubah menjadi gelora

Berpikir keras, pun menjadi diskusi yang memperjelas

Membuat Bumi melihat angkasa dengan cara yang berbeda.


Gravitasi mungkin ada untuk memberi kesempatan
Pada Bumi dan Bulan untuk ber-revolusi beriringan

'Aku ada hanya saat malam tiba,' katamu

Nyatanya saat terik mentari membakar Bumi

Keberadaanmu toh tak dapat kupungkiri

Hanya saja kau memilih berdiam diri, menyayangi dalam sepi.


Wah,wah, tak terasa dua belas kali sudah kau datang dan pergi, bulan
Bertahan di sisi Bumi yang kerap jengkelkanmu, kau memang keras kepala, Bulan

Walau kepastian tak bisa kuberikan, sampai kapan kita bergandengan

Tapi sungguh aku menikmati dan memaknai saat-saat bersamamu, Bulan.



Siang atau malam - nampak atau buram, kau selalu ada, Bulan.
Percayalah.


Karena kau, adalah Bulan di Bumiku..



17.03.2010
(Untuk Bulan, yang telah bertahan)

No comments: