Simulasi lapangan! Yeah, stelah seharian kemaren mengakrabkan kursi ama pantat, acara pertama yg kami lakuin di hari kedua ini sungguh menggugah selera.
Pertama, peserta dibagi jadi delapan klompok. Masing-masing mesti bikin yel klompok yg, entah ada kesepakatan drimana, semua nampaknya bertujuan sama; mempermalukan diri sendiri. Bunuh diri sosial, lebih tepatnya. Ada yg niruin indian, ada yg ala terajana, ada yg mengidolakan mbah surip, macem-macem lah. Abis itu peserta dipisah, yg cowo maen di deket sarang SC, yg cewe maen di villa peserta.
Gw sbage anggota kelompok satu mengawali permainan dgn permaenan serem yg penjaganya serem juga. Indra sang sipir Alcatraz terlihat sungguh bernafsu menjebloskan kami ke penjaranya, lebih dari setengah anggota kami pun berguguran di tangannya. Demi memanfaatkan pengorbanan Arif yg paling duluan masup bui –dan mnjadikannya dedengkot Alcatraz- akhirnya Aaz berhasil berhadapan dengan langkah terakhir keluar dari maze nestapa Alcatraz. Dan saat-saat yang menentukan pun berakhir dengan...BUM! Seringai penuh kepuasan pun bersemi di wajah Indra. T-T
Permainan kedua dilalui dengan cukup mudah. Theo berhasil mengembangkan sbuah strategi jitu untuk menghindarkan styrofoam berbola bersentuhan dengan tiang; menyelipkan jari diantaranya. Dengan delapan telunjuk yg lecet, yel kami di akhir game pun terdengar kental dengan nuansa kemenangan.
Entah apa ada hubungannya dengan bom Mariott yg meledug beberapa pekan lalu atau tidak, game-game di simulasi lapangan ini sangat sarat dengan unsur bom. BUM di Alcatraz, BUM pula di game ketiga yg digawangi Apri ini. BUM! TIARRAAAPP! Akhirnya, Reynaldi dan Andika yg sepertinya mahir dalam tali-temali (curiga lulusan pramuka ni orang) berhasil membawa klompok kami pada kemenangan.
Kegagalan di Alcatraz rupanya berhasil membuat kami mendapat perhatian si dewi fortuna. Game keempat pun dilewati dengan sukacita berkat Otto Sang Pak Lurah yang berhasil me-maju-mundur-tukar-kan empat orang di kiri dengan empat orang di kanan dalam rafia, mangstapp To!
Masih berhubungan dengan tali rafia, game kelima mengharuskan kami menjadi orang buta-tuli-bisu (ngenes amat ya) sambil melewati puzzle rafia yang membentang. Pemain yang harus menjalani game ini adalah OM Ribonk. (sialan kalian) Dengan bantuan panduan pantomim Otto, inspirasi dari Adi, dan kekuatan bulan, akan menghukummu! Lho, salah. Yah intinya gw berhasil lompat, tiarap, push-up, bahkan sempat ngelakuin ‘worm’ di tengah-tengah, dan mengakhiri permainan dengan sebuah salto yang penuh dengan muatan artistik.....juga merusak properti panitia. Hwahaha. Nilai yg bisa diambil: salto sebaiknya tidak dilakukan dengan kaos kaki menutupi mata.
Salut buat panitia yg bisa bikin game en simulasi yg bikin kita ga cuman seneng, tapi ngena banget aplikasi dari materi yang dikasi kemarennya. Bravo panitia!
Final Result
Kelompok Terbaik Simulasi Lapangan: Kelompok Satu! *keprook*
Outtie.
Pertama, peserta dibagi jadi delapan klompok. Masing-masing mesti bikin yel klompok yg, entah ada kesepakatan drimana, semua nampaknya bertujuan sama; mempermalukan diri sendiri. Bunuh diri sosial, lebih tepatnya. Ada yg niruin indian, ada yg ala terajana, ada yg mengidolakan mbah surip, macem-macem lah. Abis itu peserta dipisah, yg cowo maen di deket sarang SC, yg cewe maen di villa peserta.
Gw sbage anggota kelompok satu mengawali permainan dgn permaenan serem yg penjaganya serem juga. Indra sang sipir Alcatraz terlihat sungguh bernafsu menjebloskan kami ke penjaranya, lebih dari setengah anggota kami pun berguguran di tangannya. Demi memanfaatkan pengorbanan Arif yg paling duluan masup bui –dan mnjadikannya dedengkot Alcatraz- akhirnya Aaz berhasil berhadapan dengan langkah terakhir keluar dari maze nestapa Alcatraz. Dan saat-saat yang menentukan pun berakhir dengan...BUM! Seringai penuh kepuasan pun bersemi di wajah Indra. T-T
Permainan kedua dilalui dengan cukup mudah. Theo berhasil mengembangkan sbuah strategi jitu untuk menghindarkan styrofoam berbola bersentuhan dengan tiang; menyelipkan jari diantaranya. Dengan delapan telunjuk yg lecet, yel kami di akhir game pun terdengar kental dengan nuansa kemenangan.
Entah apa ada hubungannya dengan bom Mariott yg meledug beberapa pekan lalu atau tidak, game-game di simulasi lapangan ini sangat sarat dengan unsur bom. BUM di Alcatraz, BUM pula di game ketiga yg digawangi Apri ini. BUM! TIARRAAAPP! Akhirnya, Reynaldi dan Andika yg sepertinya mahir dalam tali-temali (curiga lulusan pramuka ni orang) berhasil membawa klompok kami pada kemenangan.
Kegagalan di Alcatraz rupanya berhasil membuat kami mendapat perhatian si dewi fortuna. Game keempat pun dilewati dengan sukacita berkat Otto Sang Pak Lurah yang berhasil me-maju-mundur-tukar-kan empat orang di kiri dengan empat orang di kanan dalam rafia, mangstapp To!
Masih berhubungan dengan tali rafia, game kelima mengharuskan kami menjadi orang buta-tuli-bisu (ngenes amat ya) sambil melewati puzzle rafia yang membentang. Pemain yang harus menjalani game ini adalah OM Ribonk. (sialan kalian) Dengan bantuan panduan pantomim Otto, inspirasi dari Adi, dan kekuatan bulan, akan menghukummu! Lho, salah. Yah intinya gw berhasil lompat, tiarap, push-up, bahkan sempat ngelakuin ‘worm’ di tengah-tengah, dan mengakhiri permainan dengan sebuah salto yang penuh dengan muatan artistik.....juga merusak properti panitia. Hwahaha. Nilai yg bisa diambil: salto sebaiknya tidak dilakukan dengan kaos kaki menutupi mata.
Salut buat panitia yg bisa bikin game en simulasi yg bikin kita ga cuman seneng, tapi ngena banget aplikasi dari materi yang dikasi kemarennya. Bravo panitia!
Final Result
Kelompok Terbaik Simulasi Lapangan: Kelompok Satu! *keprook*
Outtie.
No comments:
Post a Comment