Current Track: We Will Not Go Down - Gaza, dgn bekson takbir dan petasan yg ampe jam segini (brengseknya) masi ada yg bakar
Current Item: Ultramilk coklat pake esbatu dua biji, batubata buat nyambit yg bakar petasan
09.08.09
Itu tanggal terakhir gw ngisi blog ini. Which means uda ampir dua bulan gw vakum dari dunia per-blog-an. Padahal klo ngeliat track record bulan-bulan seblomnya gw biasa nulis 5-6 tulisan per bulan. Bukannya cari alesan ato apa sih, cuma 2-3 bulan ke belakang kaenya termasuk bulan-bulan paling hectic dalam idup gw. Wait a sec...and so that was me, cari alesan.
Yaah, technically speaking, gw bukannya sama sekali ga nulis dalam rentang waktu ituh. Ada beberapa tulisan yg –kalo inget- bakal gw publish ke blog ini nantinya. Tapi sekarang, mencoba memanfaatkan over-excitement state gw di malam takbiran inih, gw memutuskan buat nulis.
Tiap Ramadhan, uda jadi kebiasaan di lingkungan rumah gw akan adanya tukang becak slash kuli bangunan slash preman ga jelas yang bergerombol dan rame-rame jadi Sales Promotion Bunch dadakan yg keliling door-to-door.
Apa yang di sale?
Kemiskinan.
Apa yang mereka harapkan dari kita?
Zakat, sedekah, uang seridhonya, u name it.
Lewat media apa promosinya?
Muka memelas ditambah senyum kaku hasil kursus kilat dan tutur kata ekstra sopan yang sayangnya ga bertahan lama.
Sampe beberapa taun lalu, kami sekeluarga emang ngebagiin sedekah dengan cara kae gitu. Walopun di malem takbiran nantinya, tetep aja kami ngeluarin juga zakat fitrah ke mesjid. Awalnya semua berjalan lancar karena yang dateng notabene tukang beca dan kuli yang emang uda kenal ama keluarga kami. Tapi sayang, awal itu akan terasa menyilaukan bila disandingkan dengan apa yang terjadi setelahnya.
Orang-orang aneh mulai bermunculan.
Here, by ‘aneh’ i mean stangers. Orang-orang yang ga satupun dari kami kenal mulai berdatangan. Bahkan kata hansip RT, orang-orang itu datengnya dari kampung yang jaraknya lumayan jauh dari kawasan rumah kami. Bukannya kami ga mau ngasih ke orang yang kami ga kenal, tapi alangkah baiknya kita ngasih yang kenal dulu, bukan? Sotoynya gw aja sih. Hehe.
Sedekah mulai salah sasaran.
Niat awal kami bagiin sedekah adalah berbagi kebahagiaan di bulan yang suci dan terberkati ini. Jadi sangat disayangkan kalo orang-orang yang kami beri ternyata adalah orang-orang yang menyianyiakannya. Bukannya suudzon ato apa, maksud gw disini, orang ga mungkin shalat di mesjid dengan kaos tangan buntung, lengan penuh tato dan kalung duri kan? Karena orang-orang kae gitu lah yang mulai sering kami liat berdatangan beberapa taun kebelakang.
And their eyes turn stinks like a rotten fish.
Kata-kata kasar mulai jadi jawaban mereka atas penolakan yang kami utarakan dengan selembut mungkin. Teriakan, ancaman, dan nafas berbau alkohol mulai terasa akrab menemani kedatangan mereka. Goresan koin receh di pagar rumah kami pun seakan jadi saksi bisu, about how ungrateful they might be.
Tapi yang paling mencolok dan menohok adalah bagaimana pancaran sinar mata mereka yang semula penuh harap dan kehangatan, akhirnya berubah dingin dan memuakkan seperti mata-mata ikan busuk.
Sekarang, dengan sangat menyesal kami sekeluarga hanya menyumbangkan semua sedekah dan zakat ke mesjid dekat rumah. Mereka, atau beberapa oknum dari mereka, telah menutup pintu rezekinya sendiri.
Outtie.
p.s. ugh. lagi-lagi tulisan berbau skeptis. lagi ngantuk juga sih inih. hahah
Current Item: Ultramilk coklat pake esbatu dua biji, batubata buat nyambit yg bakar petasan
09.08.09
Itu tanggal terakhir gw ngisi blog ini. Which means uda ampir dua bulan gw vakum dari dunia per-blog-an. Padahal klo ngeliat track record bulan-bulan seblomnya gw biasa nulis 5-6 tulisan per bulan. Bukannya cari alesan ato apa sih, cuma 2-3 bulan ke belakang kaenya termasuk bulan-bulan paling hectic dalam idup gw. Wait a sec...and so that was me, cari alesan.
Yaah, technically speaking, gw bukannya sama sekali ga nulis dalam rentang waktu ituh. Ada beberapa tulisan yg –kalo inget- bakal gw publish ke blog ini nantinya. Tapi sekarang, mencoba memanfaatkan over-excitement state gw di malam takbiran inih, gw memutuskan buat nulis.
Tiap Ramadhan, uda jadi kebiasaan di lingkungan rumah gw akan adanya tukang becak slash kuli bangunan slash preman ga jelas yang bergerombol dan rame-rame jadi Sales Promotion Bunch dadakan yg keliling door-to-door.
Apa yang di sale?
Kemiskinan.
Apa yang mereka harapkan dari kita?
Zakat, sedekah, uang seridhonya, u name it.
Lewat media apa promosinya?
Muka memelas ditambah senyum kaku hasil kursus kilat dan tutur kata ekstra sopan yang sayangnya ga bertahan lama.
Sampe beberapa taun lalu, kami sekeluarga emang ngebagiin sedekah dengan cara kae gitu. Walopun di malem takbiran nantinya, tetep aja kami ngeluarin juga zakat fitrah ke mesjid. Awalnya semua berjalan lancar karena yang dateng notabene tukang beca dan kuli yang emang uda kenal ama keluarga kami. Tapi sayang, awal itu akan terasa menyilaukan bila disandingkan dengan apa yang terjadi setelahnya.
Orang-orang aneh mulai bermunculan.
Here, by ‘aneh’ i mean stangers. Orang-orang yang ga satupun dari kami kenal mulai berdatangan. Bahkan kata hansip RT, orang-orang itu datengnya dari kampung yang jaraknya lumayan jauh dari kawasan rumah kami. Bukannya kami ga mau ngasih ke orang yang kami ga kenal, tapi alangkah baiknya kita ngasih yang kenal dulu, bukan? Sotoynya gw aja sih. Hehe.
Sedekah mulai salah sasaran.
Niat awal kami bagiin sedekah adalah berbagi kebahagiaan di bulan yang suci dan terberkati ini. Jadi sangat disayangkan kalo orang-orang yang kami beri ternyata adalah orang-orang yang menyianyiakannya. Bukannya suudzon ato apa, maksud gw disini, orang ga mungkin shalat di mesjid dengan kaos tangan buntung, lengan penuh tato dan kalung duri kan? Karena orang-orang kae gitu lah yang mulai sering kami liat berdatangan beberapa taun kebelakang.
And their eyes turn stinks like a rotten fish.
Kata-kata kasar mulai jadi jawaban mereka atas penolakan yang kami utarakan dengan selembut mungkin. Teriakan, ancaman, dan nafas berbau alkohol mulai terasa akrab menemani kedatangan mereka. Goresan koin receh di pagar rumah kami pun seakan jadi saksi bisu, about how ungrateful they might be.
Tapi yang paling mencolok dan menohok adalah bagaimana pancaran sinar mata mereka yang semula penuh harap dan kehangatan, akhirnya berubah dingin dan memuakkan seperti mata-mata ikan busuk.
Sekarang, dengan sangat menyesal kami sekeluarga hanya menyumbangkan semua sedekah dan zakat ke mesjid dekat rumah. Mereka, atau beberapa oknum dari mereka, telah menutup pintu rezekinya sendiri.
Outtie.
p.s. ugh. lagi-lagi tulisan berbau skeptis. lagi ngantuk juga sih inih. hahah
No comments:
Post a Comment