Thursday, November 6, 2014

Over-nicely-named Melena

(Written on my days as a co-assistant on family medicine rotation, Klinik Padjadjaran Leuwigoong, Garut)

Last night.
In the middle of the night.

When people were sound asleep, shades of mountains stood majestically on the horizon, the wind blew misteriously, a grasshopper was pinched under the door (well it was totally unrelated to the story, my condolence for him tho) (assuming it was a he) (didn’t have time to search for penises)..

There I was standing still, horrified by the scene I’ve caught myself in. The fact came emerging so furious that my brain needed more time to processed it.

I
SHIT
BLOOD

Well, I can’t seem to find any subtler way on phrasing it.

Gilak. There was this unreasonably terrifying sensation in watching fresh red blood gushing from your own body, particularly your anus. Padahal udah sering banget nanganin pasien dengan keluhan yang sama. Dan gue akan dengan tenangnya bilang, “Iya Pak, biasanya itu karena Bapak kurang minum, kurang makan serat, kebanyakan duduk. Diubah ya Pak life-style nya.. Ini saya kasih obat untuk keluhannya.”

WELL FCUK LIFESTYLE!
I JUST SHAT BLOOD, FOR MY ENTIRE GASTROINTESTINAL SYSTEM’S SAKE!

Itu juga yang jadi concern dokter-dokter sekarang, kebanyakan dari kami terlalu konsen ke penanganan untuk CURE. Padahal penatalaksanaan holistik mengharuskan kami untuk CURE and CARE pada pasien. There’s even a saying that says, “To cure is optional, to care is a must” Karena emang ga semua penyakit bisa disembuhin -hence the debate about palliative care- but to care is always in our jurisdiction and capabilities, right? Right. (screw you I dont need your opinion)

Jadi setelah kejadian semalem gue akan berusaha untuk lebih peduli sama perasaan dan keadaan mental pasien. Instead of paket omongan standar yang biasa gue omongin ke pasien di atas, gue akan menambahkan, “Sabar ya Pak, saya tau koq betapa mengerikannya keluar darah dari pantat..” *puk-pukin Si Bapak* *puk-pukin pantatnya* #KemudianDituntutPelecehan

Oya, to add some intelectuality into this rather idiosincracy personal experience, let me explain this briefly. Jadi ada beberapa langkah yang harus dilakukan kalo suatu saat naudzubillah-nya ada darah keluar saat anda pup:
1. Bersyukurlah bukan bayi yang keluar.
2. Hang on to something, sit if possible. Khawatir perdarahannya masif dan bisa bikin anemia, anda bisa pingsan di tempat. Berhubung kamar mandi kan licin, takutnya pas pingsan kepala anda kebentur dan jadi perdarahan dari atas dan bawah kan jadinya. Nobody wants that.
3. Examine. Setelah memastikan diri ga pusing, mata berkunang-kunang, mual, ngantuk yang sangat secara tiba-tiba yang mana adalah tanda-tanda darurat anemia, cek darah yang keluar. Cek warna, jumlah dan keberadaan lendir. Sekalian cek juga tinja anda apakah hanya tinja biasa atau kura-kura tinja. Kalo darahnya merah terang, berarti perdarahannya di saluran cerna bagian bawah, kalo darahnya item berarti dari saluran cerna bagian atas.
4. Check yourself. Tentunya setelah di-flush dulu lah itu kloset. Cek konjungtiva (bagian merah di mata yang keliatan dengan narik kelopak bawah ke bawah), kalo warnanya merah muda-pink gitu ati-ati tandanya mulai ada anemia ringan. Kalo warnanya merah tegas berarti anda kurang cocok kerja di air sehat. Cek apa ada demam, lendir di darah dan tinja, sakit perut yang menusuk, sakit perut yang periodik atau muntah. Kalo ada bisa berarti diare, infeksi, atau parese usus, apapun itu artinya anda harus segera ke lari ke dokter atau rumah sakit terdekat. Well, naek mobil juga bisa sih.
5. Before you wreck yourself. Kurang minum, terlalu sering makan daging merah, kurang makan sayur dan buah, aktivitas hanya duduk atau gaya hidup inaktif adalah faktor-faktor resiko anda bisa mengalami kejadian mengerikan ini.

Sekian tips yang berasal dari pengalaman pribadi dan sedikit ilmu kedokteran dasar yang gue pelajari. Ingat, seburuk-buruknya eek berdarah masih lebih buruk darah ber-eek. Imagine accidentaly cutting yourself just to see feces coming out from your wound. That shits cray, man.

No comments: