Syaratnya? Gue harus tetep tinggal di Bandung sampe minimal satu taun setelah klinik beroperasi. Mengingat bahwa saat itu yang ada baru semata tanah kosong punya orangtua temen maka waktu pembangunan, pengurusan izin, persiapan logistik dan obat dan sebagainya kira-kira akan membuat gue harus tetep tinggal selama dua taun di Bandung. Padahal kaki rasanya udah gatel pengen segera pergi dari tanah Jawa setelah sekitar dua puluh lima taun menapaki. Pilihan menggiurkan dengan konsekuensi merisaukan. Setelah shalat istikharah dan konsul ke orang tua yang selalu gue harap ridhonya dalam setiap keputusan yang gue ambil alhamdulillah Allah nunjukin jalan.
Potongan doa setelah shalat istikharah itu seperti ini:
“Ya Allah jika hal ini dalam pengetahuanMu adalah baik bagiku, baik pada agamaku, baik pada kehidupanku sekarang dan masa datang, takdirkanlah dan mudahkanlah bagiku kemudian berilah aku berkah daripadanya.
Tapi jika dalam ilmuMu hal ini akan membawa bencana bagiku dan bagi agamaku, membawa akibat dalam kehidupanku baik yang sekarang ataupun pada masa akan datang, jauhkanlah ia daripadaku dan jauhkanlah aku daripadanya. Semoga Engkau takdirkan aku pada yang baik, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas setiap sesuatu.”
Doa ini buat gue ngena banget, terutama bagian “..baik pada kehidupanku sekarang dan masa datang..” yang nunjukin bahwa mungkin aja sesuatu tampak indah dan menggiurkan di masa sekarang padahal akan membawa keburukan di masa depan. Bagian “..jauhkanlah ia daripadaku dan jauhkanlah aku daripadanya..” nunjukin bahwa Allah ngasi petunjuk ga melulu melalui keputusan-keputusan yang kita buat, tapi juga lewat keputusan-keputusan yang engga kita buat, yaitu saat faktor luar diri lah yang memutuskannya untuk kita.
Seperti juga yang terjadi sama dilema klinik ini, saat gue sebenarnya masih menyimpan hasrat untuk ikut temen-temen, mereka lah yang akhirnya mutusin untuk engga menyertakan gue pada rencana mereka. Gue menafsirkan ini sebagai cara Allah untuk menjauhkan pilihan itu dari jangkauan gue, si manusia yang dasar emang serakah dan ga pernah puas.
Tidak mudah memang. Kecewa dan rasa ingin berontak sempat muncul. Tapi toh pada akhirnya gue dipaksa memutar kembali kemudi bahtera hidup *sedappp* menuju tujuan semula, PTT Daerah. All is fair in love and war, engga tersisa sama sekali dendam atau perasaan ditinggalkan oleh temen-temen karena gue yakin kami punya takdir masing-masing. Ia yang buruk bagiku mungkin baik untuk mereka, Ia yang dijauhkan daripadaku mungkin memang sudah jalan hak mereka di dunia. Sekarang yang tersisa tinggal doa dan asa semoga kami senantiasa dimudahkan dan dilancarkan di jalan kami masing-masing. Amiin.
Bandung, 2 September 2014.
Arri Raditia, dr.
No comments:
Post a Comment