Saturday, May 30, 2009

Smells Like Home

Back at home after a while!

Hehe, it sure feels nice to be at my own house. Well, not much of a condo or a five star hotel, but still not that 4x5 square space that I’m sick being living in. Had only been there for two weeks and i already got a homesick. Can’t tell how it felt to be like my come-from-faraway friends who haven’t coming home for five to six months least. Must be terrible. At least for a home boy like me. Gehe.

Anyway, I’ve noticed that a few things have changed from the last time i was home. Here they are:

My room is so damn full of many unused stuff! Okay-okay, i only sleep in it twice a week, but still its not like my room can suddenly be a final dumping site or something. And how come my sis just couldn’t avoid laying a finger –or a butt- on my neaty cozy bed I’ve dreamt to sleep on for weeks? Sicko.


A house upon mine is being rebuild. Two weeks ago it was close to smithereens, but now it only needs a final touch. It’s my aunt’s house actually, and my dad is the one rebuilding it. So where’s the surprise, eh? Haha.


We got an owl hanging on our roof! For real! So a wild owl finds our roof as an awesome spot for its nest. Maybe i should try to make it sends my letter. Just like that Harry Potter thingy. So everybody else sends their absence letter to SBP using fax, and I’m using a private owl. Kewl.


We got hogs wandering our living room! Ng? Wait a sec. They seem familiar. Oh. They are just -sadly- my sisters. Still dumb. Still amazingly careless. Still hasn’t taking a bath for days while having that oh-so-what looks on their faces. Love u guys a lot, anyway!


I have to go back to Nangor City by Sunday noon or Monday morning, sharp. Cause i’ll be having a written exam by Weds. Crap. It’s always sucks to have to leave this place I could call home, only for reading books and journals for weds exam. It’s a milestone on chasing my dream, anyway!


Outtie.

Thursday, May 28, 2009

Roocka' SOOCA!

Hey, hey.

Back again, happily. After those shitty sooca stuff had been bothering my life for a month or so. Fuuhh, freedom sure feels great. =) Okee, to tell a month or so is a bit exaggerating. As for the first 3 weeks I was just blabbering my mouth telling how I was being stressed out about sooca. Freaked out, and do nothing. Haha. The truth is I only studied hard enough (which surpassed fk’s freakin standard for ‘study hard’) in a week before the exam. That, truthfully, is not a complete 7 days of it.

There was day I was just wandering around my pal’s rent room (kosan? blame my degraded english. cih). There was hours I spent sleeping my head off like there was nothing to worry about, like I wouldn’t be betting half of my second year’s score on the exam coming a week after. Haha. There was time I ended up in my room, reading those old lame comics and magz that I had read like a thousands time. It was boring. Plus I hate reading things Ive once read. Still, those lame stuff still looked more interesting than my hundred-pages-or-so sooca draft. Guess in those moments, ive broke under pressure. Fags.

Such a lame of me, isn’t it? Such a lame of a grown man to be so easily breaks under pressure. Sooca is so damn hard, that’s true. Fact that half or my second year’s gpa will be on the edge if I failed it was driving me nuts, correct. The pressure exist pushes me to flatten up my ass off that chair, seeing the same scenery (wall in front of my desk) for days, trying to memorize all of those 31 basic sciences, patgens, patfises and shit made me sick that I felt like puking. Thank God its over now. Plus He decided to put a sweet end of my temporary journey conquering sooca. Hehe. Allhamdulillah.. Sooca third year, here I come with brute force! Haha!

Outtie.

Monday, May 11, 2009

Judging Pin

’Wiih..parrah beut si dia..’

Ngerasa ga asing dengan omongan kae gini?
Sering denger, ato malah sering ngomong?

Menilai. Ato bahasa prokemnya, nge-judge. Adalah hal yang pastinya sering banget kita lakuin. Terlepas dari kita punya hak apa engga untuk itu, punya pendapat yang implementasinya jadi ngejudge itu pasti pernah kita lakuin. ’Ih, si A ga pernah gawe, maunya ngomong doang’ ’Parrah, Si B ga dateng, pasti males d’ ’Eh, si Ribonk tu ganteng yah?’ Dan pikiran-pikiran ato malah omongan laen yang berseliweran di idup kita sehari-hari.

Punya pendapat itu hak semua orang kan? Apalagi mungkin faktanya si A emang sering keliatan ngomong, si B emang ga dateng rapat, dan si Ribonk emang ganteng. Tapi ga bisa dipungkiri kalo mungkin lebih banyak fakta yang kita ga tau. Siapa tau si A emang orang yang kalo kerja ga mau diliat orang? Siapa yang berani jamin kalo si B ga dateng bukan karena sakit ato ada amanah laen misalnya? Siapa yang bakal membantah kalo dibilang Ribonk itu ganteng? *2000 orang ngacung*

Yang jadi masalah adalah kita sering terlanjur ngejudge orang dengan hanya berdasarkan fakta valid yang setengah-setengah, sebagian kecil malah. Daripada susah-susah nyari info yang bisa lebih mengobjektifkan penilaian kita, kita lebih suka langsung nempelin label penilaian kita di jidat mereka. Dan selamanya label itu ada disana dalam benak kita. Juga dalam benak orang lain yang kita pengaruhi dengan propaganda penilaian kita.

Sama acara yg seksi gw di senat adakan, temen gw dari seksi laen bilang gini, ’Ya ga mikir bgt si lo, bikin acara deket ujian. Ga akan ada yg dateng lah..hahaha’ Bercanda, i know. Tapi yang langsung kepikiran saat itu adalah segimana kerasnya 13 orang di seksi gw uda kerja keras buat nyiapin tu acara. Soal mikirin ampe jangar soal gimana caranya tu acara ga ganggu ujian, jangan tanya. Apa dia tau? Engga. Apa dia peduli dan pengen tau? Engga. Apa dia nge-judge? Iya. Padahal kata gw juga tu orang nyampah banget di senat.

..Nah, itupun gw ngejudge. Hehe.

Masa-masa awal masuk senat, gw pengen masuk Seksi Pendidikan dan Profesi. Itu kae seksinya orang-orang pinter yang gaweannya ngurusin masalah akademik mahasiswa fk. Kenapa? Simple aja, pengen ngubah pandangan orang tentang gw. Tukang ngelawak, ga tau malu, gombal warning. Itu yang paling umum gw denger kalo orang ngomong soal gw. Implikasinya, ada beberapa orang yg nganggep gw itu bisanya cuman ketawa-ketawa doang. Bahkan cuma karena beberapa kali tau gw ngerjain LI dari internet –krn tu LI ga penting abis-, ada yang langsung ngejudge gw tipe orang yang males ngerjain LI dari refference books. Padahal kalo diliat IPK gw juga ga jelek….-jelek amat. =p Makanya, kali aja dengan masuk Pendpro gw bisa diliat -sedikit- berotak. Hwehe.

Well, sempet cape dengan pengen ngerubah judging nya orang-orang. Tapi yaudah si, akhirnya gw sadar cara terbaek buat itu yaa..buktiin kalo gw ga gitu. Dengan dapet A buat SOOCA misalnya..amiin. So, take that judging pin off ur chest. If there was one has the absolute right to be judging, its Him, not us.


Outtie.

Wednesday, May 6, 2009

Jamucinno Latte

Inovasi.


Mungkin itu yang coba dicapai oleh brand susu tinggi-rendah saat menciptakan rasa baru varian produk mereka. Javacinno Latte. Begitulah yang terbaca oleh gw saat pertama melihat kardusnya. Dengan tampilan gambar sesosok pria ganteng yang penuh percaya diri terpampang di kardusnya, ga salah dong kalo gw berpikiran kalo gw akan jadi seganteng itu kalo minum tu susu? Salah. Salah besar. Mirip pantatnya masi lebih mungkin. So, dengan harga yang lebih mahal dikit dari rasa yang biasa gw minum, it better be worth it. Masuklah si pria ganteng ke kantong belanjaan gw.


Penasaran dengan efek menggantengkan susu tersebut, -mengingat gw adalah mahasiswa kedokteran, fakta bahwa gw masi ngarep jadi ganteng abis minum susu sangatlah menyedihkan- langsung aja malemnya gw seduh tiga sendok susu tersebut dengan air panas. Rasanya? Emh... Membuat gw merasakan sensasi yang belum pernah gw rasakan...dan ga akan mau gw rasakan lagi. Gw jadi tau, kalo manusia mencoba membuat susu dengan rasa kopi, yang mereka dapatkan adalah susu rasa jamu. Cuih. Hweek. Membawa kembali memori buruk masa kecil saat gw dicekoki jamu sama nyokap. Seriusan d, gw pikir Jamucinno Latte lebih tepat untuk mendefinisikan rasa itu. Itu juga kalo ada mbok jamu yang mau ngejual jamu kae gitu. Well, enough said. Back to my fave choco flavour.



Outtie.